TRIBUNTRAVEL.COM - Ada satu warung makan di Kabupaten Temanggung saat kita makan di sana serasa waktu berhenti.
Kita seakan dibawa kembali ke masa lalu, mulai dari suasananya, makanannya, sampai pernak pernik jadul di dalam warung.
Adalah Warung 'Jadul'.
Sebuah warung makan di Jalan Jenderal Sudirman nomor 102, Kelurahan Jampirejo, Kecamatan Temanggung, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.
Ketika makan di sana pengunjung dibawa kembali ke masa lampau.
Tempatnya memang kecil dan sederhana, terletak di belakang halte bus di Jalan Jenderal Sudirman, namun tak di sangka warung ini sudah ada sejak tiga generasi lebih atau hampir kurang lebih 180 tahun.
Hingga sekarang pun masih setia melayani pelanggannya.
Siti Sukastiah (66), pemilik dari Warung Jadul, yang meneruskan usaha kuliner tersebut dari generasi ke generasi.
Sejak 66 tahun silam ibunya, Dullah, yang mengelola warung jadul.
Kemudian generasi sebelumnya lagi yakni neneknya.
"Jika dihitung warung ini sudah ada sejak 200 tahun lalu, tiga generasi mulai dari nenek saya, kemudian ibu saya, lalu diwariskan kepada saya," ujar Siti, Kamis (7/12/2017), saat ditemui di warungnya.
Warung Jadul ini memang unik dan jadul.
Mulai dari bangunannya yang sudah berdiri sejak sebelum zaman penjajahan Jepang.
Semua sudut bangunan masih asli dan tak pernah dilakukan perubahan.
Perabotan seperti bangku panjang yang ada di dalam warung juga bahkan masih asli, terbuat dari kayu jati berusia ratusan tahun.
Kemudian pernak-pernik warung, seperti puluhan toples model lama, bening dan memiliki jendul di atasnya masih terpajang, untuk menyimpan makanan.
"Bangku yang diduduki belum pernah diganti, kayu jati tinggalan Jepang. Sampai jungkat jungkit tapi masih bisa dipakai. Bangunan ini juga sama seperti dahulu sewaktu nenek saya meninggalinya 180 tahun silam, tidak pernah ditambahi atau dirubah sedikitpun," ujar Siti.
Dari makanannya pun masih sama dengan resep warisan keluarga dari generasi ke generasi.
Mulai dari sayur kobis, sayur tongkol, ayam opor, gudeg, tahu.
Minumannya, teh gula jawa, kopi gula jawa dan minuman tradisional lainnya.
Masakannya pun dimasak tanpa memakai mecin, atau penguat rasa, atau bahan-bahan tambahan lainnya.
Semuanya dimasak sendiri oleh Siti Sukastiah.
"Semua masakan masih sama seperti saat nenek saya membuatnya, resep diajarkan secara turun temurun hingga ke saya," ujarnya.
Pelanggan dari Warung Jadul ini mulai dari tukang becak, tentara sampai para pejabat tinggi.
Pelanggannya pun bahkan banyak yang sudah berusia tua, namun masih tetap datang berkunjung dan makan di Warung ini.
"Dahulu bahkan tentara Jepang sering datang makan di sini. Ada dua yang masuk di warung, sementara dua lainnya berjaga. Dahulu orang Jawa kalau makan di sini tidak boleh tanduk atau nambah, dilarang sama Jepang, makanya orang jawa kurus-kurus sampai sekarang," kenang Siti.
Siti kini mengelola warung ini dibantu dengan anak keduanya.
Sementara satu anaknya bekerja di Kalimantan.
Suaminya, Moertopo sudah meninggal sejak tahun 2008 silam.
Untuk masak memasak, dua orang pegawai siap membantunya.
Kendati sudah tua, dirinya masih berniat mengurus warung Jadul ini.
Warung ini pun akan diteruskan kepada anaknya.
Menurutnya, warung ini sudah menjadi warisan budaya kuliner yang wajib dilestarikan.
"Sampai tidak kuat lagi, saya akan mengurus warung ini. Anak saya amanahkan untuk melanjutkan usaha keluarga yang sudah ada sejak generasi ke generasi. Jangan sampai putus, karena warung ini juga adalah bagian dari sejarah dan warisan budaya," ujarnya.
Berita in telah dimuat di Tribun Jogja dengan judul Warung Jadul di Temanggung, Melayani Pelanggan Sejak Zaman Jepang