lihat foto
Laporan Wartawan TribunTravel.com, Tertia Lusiana
TRIBUNTRAVEL.COM - Selandia Baru tak hanya terkenal dengan beragam atraksi wisata yang menantang.
Negara tersebut juga jadi rumah gunung berapi terindah.
Adalah Gunung Taranaki, yang juga dikenal sebagai Gunung Egmont.
Gunung ini terletak di barat Pulau Utara Selandia Baru.
Disebut-sebut jika gunung berapi ini merupakan salah satu yang paling simestris atau kerucut di dunia selain Mayon Volcano.
Dilansir TribunTravel.com dari Amusing Planet, gunung tersebut muncul sejak 120.000 tahun yang lalu dan meletus terakhir pada tahun 1775.
Meski telah lama tak erupsi gunung ini masih dikatakan aktif hanya saja masih "tertidur".
Ahli vulkanologi setuju jika Gunung Taranaki hanya terbengkalai, menunggu, menunggu waktunya meletus.
Gunung ini adalah satu destinasi wisata wajib yang perlu traveler sambali di Selandia Baru.
Betapa tidak, gunung ini berada di pusat Taman Nasional Egmont yang sekelilinginya dihiasi tanaman hijau yang dingin.
Meski demikian, selayaknya alam wisatawan tetap diimbau untuk menjaga gunung tersebut.
Gunung dengan tinggi 2.518 Mdpl itu juga jadi satu lokasi yang dikeramatkan bagi Suku Maori.
Suku Maori merupakan satu suku asli Selandia baru.
Bagi Maori, Gunung Taranaki merupakan bagian terpenting bagi mitologinya.
Seperti halnya Gunung Agung Bali, gunung paling populer di Selandia Baru ini juga jadi lokasi paling sakaral di sana.
Sumber airnya diperlukan untuk kelangsungan hidup suku baik untuk berbagai kegiatan.
Mulai mengairi persawahan, ladang, dan kehidupan lain.
Itu karena Suku Maori tinggal tepat di kaki Gunung Taranaki.
Jika erupsi terjadi, maka hidup merekapun jadi taruhannya.
Sayangnya banyak pendaki yang kurang menjaga lingkungan.
Mereka sering meninggalkan bsampah dan abu bekas perapian tanpa dibersihkan.
Hal itu sempat membuat warga geram.
Penemuan terbaru, ada beberapa tumpukan abu manusia pada trek di sekitar gunung yang telah menyebabkan keluhan dan tentu hal itu bertentangan dengan pedoman budaya Suku Maori.
"Tindakan yang dianggap pendaki wajar ini sangat menyinggung Maori, yang menganggap gunung sebagai nenek moyang mereka," kata Departemen Konservasi, Dave Rogers.
