Laporan Wartawan TribunTravel.com, Rizky Tyas
TRIBUNTRAVEL.COM - Banyak di antara kita yang langsung jatuh cinta melihat hamparan pasir putih dan laut biru yang luas ketika pergi ke pantai.
Tak hanya itu saja, keindahan sesungguhnya dari laut bisa dilihat setelah kalian menyelaminya.
Kalian akan diperlihatkan kehidupan bawah laut dengan biota yang beraneka ragam, mulai dari ukuran, bentuk, dan warna.
Tak cukup sampai di situ, menikmati keindahan laut semakin lengkap setelah mencicipi aneka hidangan gurih hewan-hewan laut.
Mulai dari salmon, tuna, udang, cumi, kepiting. dan masih banyak lagi.
Sayangnya, sekitar dua dekade lagi kita mungkin akan kehilangan semua kenikmatan ikan-ikan itu.
Para ahli memperingatkan, tidak ada ikan yang tersisa di laut pada 2048, seperti dikutip dari laman Elitereaders.com.
Aktivis pemerhati hak-hak binatanh, Katie Powell mengatakan kepada media, sekitar 2,7 triliun ikan diseret keluar dari laut setiap tahun.
Hal inilah yang membuatnya meramalkan kehidupan masa depan laut pada tahun 2048 yang diprediksi tidak ada lagi ikan di sana.
Lebih dari 50 juta hiu diperkirakan diburu dan diharing tiap tahun.
Yang lebih menyedihkan lagi, mereka mati sia-sia dan dibuang tanpa dikonsumsi.
Hal ini menyebabkan efek domino untuk setiap binatang di laut, mengganggu rantai makanan alami dan nantinya dikhawatirkan menghancurkan ekologi dan umur panjang kehidupan di laut.
Ada 75 persen ikan di seluruh dunia dieksploitasi tiap tahun dan banyak di antaranya dikembalikan lagi ke laut dalam keadaan tak bernyawa.
Profesor konservasi laut dari Universitas York, Dr Callum Roberts mengatakan, "banyak ikan yang ditangkap dilemparkan kembali ke laut karena tidak cukup besar atau bukan spesies yang dicari. Manusia terus mengambil sebanyak yang mereka suka."
Karena cara yang salah ini, banyak nyawa makhluk laut yang mati sia-sia.
Cara penangkapan yang tidak bertanggung jawab menyebabkan hewan lainnya ikut hancur dan gangguan rantai makanan.
Terlepas dari teknik memancing yang salah hingga membunuh jutaan ikan yang seharusnya bisa hidup, masalah lain yang bisa mengakhiri kehidupan laut adalah polusi.
Co-creator Cowspiracy, Keegan Kuhn menyatakan, penyebab utama pencemaran air sebenarnya peternakan.
Profesor Palaeobiology dari Universitas Leicester, Dr. Mark Williams menyarankan supaya berhenti saling menyalahkan.
"Kita tidak bisa menunggu sampai 2048 ketika laut sudah terlanjur mati. Kita harus melakukan sesuatu mulai dari sekarang," ungkapnya.
"Hari ini belum terlalu terlambat untuk menyelamatkan lautan, selama kita bisa memulai mengubah perilaku kita," imbuhnya.