Breaking News:

Inilah Hal Mengerikan yang Terjadi Bila Pesawat Nekat Terbang dan Terkena Abu Vulkanik Gunung Berapi

Saat gunung berapi meletus, mengapa operasi bandara sampai ditutup? Seberapa bahayakah debu letusan gunung berapi bagi pesawat terbang?

Editor: Sri Juliati
KOMPAS.com/Wijaya kusuma
Pesawat B737-800 Garuda Indonesia yang terpapar abu vulkanik Gunung Kelud, Februari 2014 di Bandara Adisutjipto, Yogyakarta. Penerbangan ditutup. 

TRIBUNTRAVEL.COM - Bandara I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, Bali pada Senin (27/11/2017) ditutup hingga Selasa (28/11/2017) pagi.

Bandara Lombok pun sempat ditutup pada Minggu (26/11/2017) tapi dinyatakan kembali aman untuk penerbangan pada Senin pagi.

Penutupan kedua bandara tersebut, khususnya bandara di Bali dilakukan karena debu letusan Gunung Agung yang bertiup ke arah selatan, ke wilayah udara Denpasar.

Sebagaimana disiarkan oleh Volcanic Ash Advisory Center (VAAC) Darwin, Australia, pada Minggu (26/11/2017) malam.


ASHTAM yang dirilis VAAC Darwin untuk aktivitas Gunung Agung, Minggu (26/11/2017).
ASHTAM yang dirilis VAAC Darwin untuk aktivitas Gunung Agung, Minggu (26/11/2017). (VAAC Darwin)

Pihak otoritas bandara Ngurah Rai pun sudah mengeluarkan NOTAM, yang menyatakan bandara ditutup selama kurang lebih 24 jam.

Mulai dari Senin (27/11/2017) pagi pukul 07.00 WITA, hingga Selasa (28/11/2017) pagi pukul 07.15 WITA.

Mengapa operasi bandara sampai ditutup?

Seberapa bahayakah debu letusan gunung berapi bagi pesawat terbang?

Menurut penelitian yang dilakukan oleh NASA, debu gunung berapi bisa merusak fungsi baling-baling pada pesawat turboprop atau mesin jet dalam pesawat turbofan, komponen vital dalam penerbangan.

Hal itu telah terbukti dari insiden yang pernah dialami oleh pesawat Boeing 747-200 milik maskapai British Airways.

2 dari 4 halaman

Pesawat dengan callsign 'Speedbird 9' (nomor penerbangan BA09) itu pada 24 Juni 1982 melakukan penerbangan rute Kuala Lumpur-Perth.

Di tengah perjalanan, saat melintasi Pulau Jawa, Indonesia, Speedbird 9 terperangkap di tengah abu letusan Gunung Galunggung.

Empat mesin B747 tersebut mati karena menyedot debu silika Gunung Galunggung.

Pilot kemudian memutuskan untuk menurunkan ketinggian jelajah dari 36.000 kaki ke 12.000 kaki.

Beruntung, pilot akhirnya berhasil kembali menyalakan mesin pesawat setelah terbang di ketinggian yang lebih rendah dan terbebas dari kepungan abu vulkanik.

Jika tidak segera menurunkan ketinggian dan terbebas dari kepungan abu vulkanik, bisa jadi malapetaka yang lebih besar tidak terhindarkan saat itu.

Misalnya pesawat yang bakal mengalami disintegrasi dan sebagainya.

Speedbird 9 kemudian mengalihkan pendaratannya di bandara terdekat, yaitu Halim Perdanakusuma, Jakarta.


Fanblade (bilah kipas) milik mesin B747 British Airways BA09 yang rontok akibat menyedot abu vulkanik gunung Galunggung pada 1982 lalu.
Fanblade (bilah kipas) milik mesin B747 British Airways BA09 yang rontok akibat menyedot abu vulkanik gunung Galunggung pada 1982 lalu. (Wikimedia)

Debu silika yang ukurannya sangat kecil, diameternya antara 6 mikron hingga 2 mm, dan bisa terbawa angin dengan mudah.

Karena terlontar dari kawah gunung berapi, maka debu bisa membumbung tinggi hingga ketinggian jelajah pesawat.

3 dari 4 halaman

Karena saking kecil dan ringannya, debu gunung berapi sulit untuk dihilangkan.

Serta membutuhkan waktu yang lama untuk hilang sepenuhnya jika tidak segera diambil tindakan.

Jika hal ini terjadi dan dibiarkan, maka dalam jangka waktu lama debu yang menempel dalam badan atau komponen pesawat bisa menyebabkan retakan-retakan halus di bodi pesawat.

Retakan di badan pesawat, sekecil apa pun, tentu sangat membahayakan.

Sebab, badan pesawat didesain agar bisa "mengembang" dan "mengempis" saat di udara dan di darat, menyesuaikan tekanan udara.

Debu silika gunung berapi memiliki titik leleh pada suhu 1.100 derajat celsius.

Lelehan itu bisa menempel dan melumerkan komponen bilah-bilah turbin di dalam mesin jet, atau nozzle, yang dalam pesawat jet modern suhunya bisa mencapai 1.400 derajat celsius.

Hal itu sesuai dengan kesaksian seorang penumpang British Airways nomor penerbangan 9 yang mengatakan, mesin B747 yang ditumpanginya terlihat menyala terang.

Bila komponen mesin terbakar dan meleleh, pesawat tidak lagi memiliki daya dorong yang seharusnya dibutuhkan untuk terbang.

Debu gunung berapi juga bisa merusak kaca depan pesawat.

4 dari 4 halaman

Debu silika memiliki kontur yang tajam.

Jika ditabrak dengan kecepatan tinggi, maka kumpulan debu itu bisa membuat kaca depan pesawat tersayat-sayat, pandangan pilot pun jadi terbatas.

Abu vulkanik yang menempel di pesawat dalam jumlah banyak juga akan merusak aliran udara di sekitar badan pesawat dan justru menjadi penghambat laju (drag).

Pesawat yang baru saja melintasi area abu vulkanik akan mendapatkan pengecekan secara menyeluruh.

Hal ini untuk memastikan tidak ada residu-residu abu vulkanik yang menempel di badan pesawat.

Jika ada komponen-komponen yang terdampak, seperti rusak atau berubah bentuk karena terkikis, juga harus diganti secepatnya.

Dengan mengetahui dampak yang bisa disebabkan oleh abu vulkanik terhadap pesawat udara, maka penutupan wilayah udara dan bandara adalah hal tepat.

Keamanan adalah hal yang mutlak dalam setiap penerbangan.

Sejauh ini memang belum ada insiden pesawat jatuh yang dipicu oleh debu gunung berapi.

Namun, dari kasus-kasus sebelumnya yang dipaparkan di atas, bisa jadi leading factor yang menimbulkan bahaya yang lebih besar.

Berita ini sudah dimuat di Kompas.com dengan judul Seperti Apa Bahaya Debu Gunung Berapi bagi Pesawat Terbang?

Selanjutnya
Sumber: Kompas.com
Tags:
British AirwaysGunung AgungTribunTravel.com
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved