Laporan Wartawan TribunTravel.com, Ambar Purwaningrum
TRIBUNTRAVEL.COM - Saat menyebut tentang negara terkaya di dunia, kebanyakan akan menyebut Singapura, Qatar, dan Norwegia.
Namun jauh sebelum negara-negara itu mencapai puncak keemasanya, ada sebuah pulau yang terkenal paling kaya di dunia.
Kekayaannya bahkan mampu mengalahkan negara-negara maju lainnya.
Dilansir TribunTravel.com dari laman unbelievable-facts.com, Nauru merupakan sebuah pulau yang terletak sekitar delapan setengah mil persegi dengan penduduk sekitar 10.000.
Terletak di Pasifik Selatan sekitar pertengahan antara Australia dan Hawaii.
Dalam jangka waktu kurang dari tiga dekade, Nauru berubah dari negara terkaya menjadi termiskin di dunia.
Alasannya karena kerusakan lingkungan, pencucian uang untuk mafia Rusia, dan serangkaian kejadian buruk lainnya.
Berikut fakta menyedihkan Nauru.
1. Nauru dianggap negara terkaya di dunia pada 1980, namun pada 2017, menjadi satu dari lima termiskin
Alasan dianggap negara terkaya karena penghasilan besar karena menjual fosfat yang dilakukan pemerintahnya.
Pulau ini memiliki deposito besar batuan fosfat bermutu tinggi yang terbentuk dari burung laut guano.
Pada 1975, negara memperoleh keuntungan mencapai USD 2,5 miliar setara Rp 32,5 triliun yang memberikan penghasilan tertinggi per penduduk di dunia.
Pendapatan besar ini memungkinkan pemerintah tidak mengumpulkan pajak dan menyediakan layanan penting gratis termasuk perawatan kesehatan, perawatan gigi, transportasi bus, dan pendidikan.
Jika pengobatan medis dibutuhkan Nauru tidak tersedia di pulau itu, pemerintah akan membayar dengan menerbangkan mereka ke Australia.
Namun kejatuhan negara datang ketika deposito fosfat mulai menjadi habis.
2. Nauru mulai menderita kekeringan terus-menerus yang menyebabkan tambang terhambat
Selama bertahun-tahun, pertambangan fosfat yang luas telah menghasilkan hampir 80% kerusakan pulau.
Di sana hanya dapat ditemukan batuan kapur, lubang penggalian, dan kolam bekas pertambangan.
Hampir tak ada tumbuhan hijau di sana.
Akibatnya, penduduk hanya hidup di tepi luar pulau.
3. Saking putus asanya, sampai melakukan investasi tak biasa
Pada 1900an, sumber daya fosfat sudah mulai habis.
Pemerintah mulai putus asa, sebab penambangan menjadi masukan utama mereka.
Berbagai cara dilakukan untuk bisa bertahan.
Mulai dengan membuka saluran khusus untuk phone sex samai membuat meja kopi untuk diekspor ke luar negeri.
Sayang semuanya tak menghasilkan apapun.
4. Shell bank
Satu cara pemerintah lakukan untuk menghasilkan uang dengan menawarkan negara-negara lain kesempatan untuk mendirikan bank di pulau.
Nauru mengkhususkan diri dalam “shell bank,” yang berarti mereka hanya ada di atas kertas.
Shell bank di Nauru bebas dari persyaratan standar pencatatan transaksi utama yang membuat mereka ideal untuk pencucian uang.
Sayang, apa yang dilakukan Nauru ini malah dimanfaatkan mafia Rusia untuk melakukan pencucian uang.
5. Rehabilitasi pulau
Kondisi yang terus memburuk, dan masyarakatnya yang semakin miskin, membuat Presiden Nauru melakukan langkah terakhir.
Pada 2000, Presiden Nauru berencana untuk merehabilitasi pulau.
Karena tidak ada lapisan atas tanah yang tersisa, diperkirakan merehabilitasi pulau akan menghabiskan biaya USD 300 juta setara Rp 3,9 miliar dan membutuhkan waktu 20 tahun.
Sungguh menyedihkan, pulau yang kaya karena tambangnya, harus hancur dalam sekejab karena keserakahan masyarakatnya.