Laporan Wartawan TribunTravel.com, Ambar Purwaningrum
TRIBUNTRAVEL.COM - Beberapa bulan terakhir, Korea Utara menjadi sorotan global.
Dikenal sebagai bangsa yang identik dengan senjata nuklir, pelanggaran hak asasi manusia, dan pemimpin bertangan besi.
Korea Utara juga menjadi rumah bagi 24,9 juta orang, menurut laporan PBB baru-baru ini.
Karena bangsa komunis yang terkenal akan kerahasiaannya, bahkan hal-hal yang biasa, seperti kehidupan sehari-hari penduduknya, menjadi misteri dunia.
Satu yang cukup menarik perhatian adalah bentuk apartemen yang ada di Korea Utara.
Banyak yang penasaran bagaimana bentuk dan isinya.
Sampai kemudian, arsitek Dongwoo Yim dan Calvin Chua menciptakan Pyongyang Sallim yang merupakan replikas dari sebuah apartemen di Korea Utara.
Dilansir TribunTravel.com dari laman theculturetrip.com, pada pameran di Dongdaemun Design Plaza, Korea Selatan, mereka ingin pengunjung merasakan bagaimana tinggal di Korea Utara.

"Kami ingin menciptakan sesuatu yang tak biasa. Satunya dengan menciptakan bentuk apartemen dari negara paling misterius di dunia," kata Yim.
Menyusul akhir Perang Dunia II pada 1948, Korea dibagi menjadi dua negara.
Bagian selatan, yang telah diduduki oleh Amerika Serikat dibangun kembali sebagai Republik Korea, sedangkan bagian utara, yang telah diambil alih oleh pasukan Soviet, menyatakan dirinya sebagai Republik Demokratik Rakyat Korea.
Tak lama setelah itu, Perang Korea berlangsung untuk memperebutkan daerah perbatasan.
Beberapa dekade setelah penandatangan gencatan senjata, kedua negara ini tak lagi sama.

Mereka yang tinggal di Korea Selatan hidup dengan kemewahan karena ekonominya yang terus melejit naik.
Sementara Korea Utara seolah terjebak dengan masa lalu.
Meski demikian, menurut Chua, Korea Utara mulai mengalami perkembangan.
"Pembangunan perkotaan di pyongyang dalam beberapa tahun terakhir mulai dilakukan. Tak cuma dilakukan seorang diri, namun juga mendapatkan bantuan dari investor asing."

Lebih lanjut Chua menegaskan, "Model apartemen yang kami bangun ini mencerminkan tren perkembangan di Korea Utara."
Memanfaatkan satu tahun penelitian tentang arsitektur dan urbanisme di Pyongyang, Chua menciptakan empat kamar dari bangunan berukuran 36 meter persegi.
Mereka berhasil mendapatkan perabotan kamar yang mirip dengan yang ada di Pyongyang.
Semuanya mereka impor langsung dari China, negara yang sama dimana Pyongyang mendapatkan bahannya.

"Di Pyongyang, balkon biasanya berisi pot tanaman dan panel surya," kata Chua.
Sementara arsitek mengakui ada beberapa perbedaan gaya antara apartemen Korea Utara dan Korea Selatan, ada juga beberapa kesamaan, seperti ruang pintu masuk di mana sepatu dilepas, atau desain kamar mandi.
Yim dan Chua berharap pengunjung mendapat pengetahuan dasar tentang urbanisme yang terus berkembang negara di Korea Utara dan lebih memahami gaya hidup rakyatnya.