TRIBUNTRAVEL.COM - Setiap orang pasti menginginkan kebahagiaan.
Namun, tidak semua orang benar-benar bahagia.
Berbagai cara dilakukan oleh setiap manusia untuk menemukan kebahagiaan.
Mulai dari mencari pasangan idaman, membeli barang mewah, bahkan mencari negara ideal untuk menghabiskan sisa hidup dengan bahagia.
Memang seringkali tempat di mana kita tinggal dapat memengaruhi kebahagiaan.
Bisa jadi itu karena iklimnya yang nyaman, pemduduknya yang ramah, atau sistem di negara tersebut yang membuat warganya bisa hidup tenang.
Dan Buettner dalam bukunya 'The Blue Zones of Happiness', menemukan, beberapa negara memiliki lebih banyak penduduk yang bahagia dibanding negara lain.
Alasan mereka lebih bahagia antara lain karena adanya jaminan hidup layak dan fasilitas gratis, jenjang kehidupan yang jelas, serta interaksi sosial yang banyak.
Ia mendapatkan hasil tersebut berdasarkan penelitian yang dilakukannya melalui jajak pendapat dari Gallup, Eurobarometer dan Latinobarómetro.
Nah, negara tetangga kita, Singapura menjadi satu negara dengan penduduk paling berbahagia menurut penelitian Dan Buettner.
Lantas, apa yang bisa kita pelajari dari negara jiran ini?
"Singapura menawarkan jalan yang sangat jelas menuju kesuksesan," kata Buettner.
Inilah yang memberi ketenangan saat warga menjalani hidupnya.
Di negara kecil ini, orang tidak perlu berpikir soal macam-macam.
Mereka cukup memilih sekolah yang akan dimasuki, pekerjaan yang harus didapatkan, tipe pasangan yang harus dinikahi, atau klub yang ingin diikuti.
Yang perlu dilakukan adalah menjalaninya.
Selama kita tetap rendah hati dan giat bekerja, maka stabilitas keuangan dan status sosial kita akan terjaga.
Beberapa orang mungkin lebih menghargai kebebasan daripada stabilitas.
Namun, Buettner mengatakan, stabilitas memberi rasa ketenangan dan rasa aman.
Bila kekhawatiran berkurang, maka kebahagiaan lebih mudah dicapai.
Buettner juga berkata, jika kita memiliki uang lebih dan menginginkan kebahagiaan maka lebih baik menggunakannya untuk membayar hipotek, membeli asuransi, atau menabung daripada membeli baju baru dan gadget.
"Kebahagiaan dari nilai gadget akan habis dalam sebulan, sedangkan kebahagiaan karena keamanan finansial akan berlangsung bertahun-tahun bahkan puluhan tahun," tambahnya.
Berita ini sudah dimuat di Kompas.com dengan judul Apa yang Bisa Kita Tiru dari Negara Paling Bahagia di Dunia