Laporan Wartawan TribunTravel.com, Ambar Purwaningrum
TRIBUNTRAVEL.COM - Bagi banyak kota-kota kecil, pengakuan akan keindahan wilayahnya menjadi keuntungan bagi kawasan itu.
Apalagi jika sampai ada kawasan yang menjadi warisan dunia, tentu akan menjadi nilai tambah di sana.
Sebut saja Candi Borobudur misalnya.
Sejak masuk 7 keajaiban dunia, jutaan wisatawan berkunjung setiap tahunnya.
Keberadaan pengunjung ini ternyata berdampak pada meningkatnya ekonomi masyarakat lokal.
Berbeda dengan sebagian besar kota yang berlomba-lomba mendapatkan pengakuan dunia, pulau ini justru berusaha menyembunyikan diri dari dunia.
Dilansir TribunTravel.com dari laman theculturetrip.com, hampir semua penduduk dari Iriomoter, pulau yang terpisah dari daratan Jepang ini, berusaha untuk menyembunyikan keindahan pulaunya dari wisatawan.
Meski Iriomote menawarkan keindahan alam yang eksotis, namun tidak bagi penduduknya.
Penduduk setempat percaya, jika keindahan pulau ini akan runtuh jika sampai dikunjungi banyak orang.
Iriomote merupakan pulau yang terbesar dari Kepulauan Yaeyama, sekelompok sub-tropis berjumlah 19 pulau yang terletak di barat daya Prefektur Okinawa (Kepulauan Ryukyu).
Dengan lebih dari 90% pulau tertutup rawa-rawa tebal, bakau, pantai putih yang menakjubkan, dan hutan hujan tropis yang rimbun, Iriomote mernjadi rumah bagi satu lingkungan alam yang paling tak tersentuh di Jepang.
Jumlah 2.000 penduduk terus dipertahankan sampai sekarang.
Tahun ini Kementerian Jepang Lingkungan Hidup memutuskan untuk mengajukan proposal untuk menjadi Iriomote terdaftar sebagai situs UNESCO.
UNESCO merupakan badan yang bertanggung jawab untuk memberikan pengakuan internasional terhadap pentingnya suatu daerah.
Badan internasional itu lantas memberikan stempel persetujuan.
Ini berarti akan mendorong ekonomi wisata di pulau itu.
Namun hal berbeda justru diungkapkan penduduknya.
Mereka justru takut jika kedatangan wisatawan akan membawa dampak buruk bagi penduduk asli.
Budaya pulau ini dibangun di atas tradisi yang tidak berubah secara turun-temurun.
Sistem perdagangannya juga masih terbilang klasik.
Berkunjung ke pulau ini sama saja pergi ke masa lalu, sebab suasana kunonya masih terjaga dengan baik.
Meski pun secara teknis bagian dari Jepang, namun dalam segi sosial dan budaya, Iriomote memiliki cara sendiri.
Pulau ini tidak memiliki landasan, sehingga sebagian pengunjung harus datang menggunakan kapal.
Jika sampai wisatawan yang datang ke sana mencapai ratusan ribu setiap tahunnya menggunakan kapal, penduduk setempat takut akan berdampak pada kehidupan teluk laut.
Banyak penduduk setempat percaya pengajuan permintaan sertifikasi UNESCO adalah akal-akalan pemerintah Jepang yang ingin mendapat banyak keuntungan dari potensi wisata pulau Iriomote.
Apalagi jika sampai dibangun toko-toko, hotel, sewa mobil, dan perusahaan wisata, tentu akan merusak
Penduduk hanya ingin wisatawan yang datang bisa menikmati keindahan pulau yang alami tanpa modernisasi.