TRIBUNTRAVEL.COM - Untuk mencegah tindakan kriminal dan perbuatan oknum yang tidak bertanggung jawab, PT Kereta Api Indonesia meningkatkan beragam prosedur keamanan.
Hal ini bisa disinergikan dan dimanfaatkan oleh pengguna KAI untuk memaksimalkan keamanan.
"Kita sebenarnya punya prosedur kemanan yang berlapis, mulai di stasiun dengan penjagaan tertib, di kereta sampai pemberhentian terakhir, juga di dunia maya," ujar Agus Komarudin, Kepala Bagian Humas PT KAI kepada KompasTravel, Jumat (27/10/2017).
Untuk stasiun, prosedur yang dilakukan petugas keamanan dan CCTV di berbagai tempat menjadi corong verifikasi data-data penumpang.
Semua penumpang terekam data dirinya saat masuk dan diverifikasi oleh petugas, sehingga siapapun yang berbuat kejahatan akan mudah terlacak.
Namun Agus menyesalkan, kini KTP sudah sulit untuk diandalkan.
Pada beberapa kasus kejahatan, tersangka bisa memalsukan identitas KTP terutama foto wajahnya.
Lalu di dalam kereta, pihak KAI memiliki prosedur penerangan tertentu sehingga memudahkan pengawasan jarak jauh seperti patroli Polisi Khusus Kereta (Polsuska) dan rekaman CCTV.
Meski kadang ada penumpang yang meminta untuk dimatikan lampunya saat malam, petugas harus tetap menjalankan standar operasional penerangan tersebut.
Polsuska pun memiliki jadwal patroli yang rutin setiap 20-30 menit sekali.
Selain itu, untuk menjaga konsentrasi, mereka diberlakukan sistim shift setiap tiga jam perjalanan.
"Seperti rute Jakarta - Surabaya misalnya, Polsuska dan masinis akan diganti tiap tiga jam perjalanan."
"Yaitu di pemberhentian Cirebon, Purwokerto, Yogyakarta, dan Madiun," terang Agus.
Ia juga mengatakan Polsuska yang patroli diajaran untuk mengenali tingkah laku orang yang mencurigakan dengan ilmu psikologi perilaku.
Setiap gerbong kereta api kini dilengkapi minimal satu CCTV.
Pemasangan CCTV ini akan dilakukan di seluruh kereta api jarak jauh, dan kini aktivasinya sudah 90 persen.
Media sosial juga ternyata tak lepas dari pengamatan pihak KAI.
Mereka memantau terus segala informasi yang berkaitan dengan kereta.
Terutama untuk konten-konten yang melanggar yang akan ditindak lanjuti.
"Sudah beberapa kali kita dapat menangkap pelaku lewat pantauan media sosial."
"Karena mereka juga ada yang menulis status, mengunduh, hingga live Instagram, jadi bisa segera kami koordinasikan dengan petugas di kereta," ujar Agus.
Berita ini sudah dimuat di Kompas.com dengan judul Kenali Aneka Prosedur Keamanan di Kereta Api