TRIBUNTRAVEL.COM - Sabtu (28/10//2017) bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda.
Delapan puluh sembilan tahun silam, pemuda-pemudi Indonesia membacakan ikrar Sumpah Pemuda, yang menjadi semangat berdirinya negara Indonesia.
Ikrar Sumpah Pemuda merupakan hasil Kongres Pemuda Kedua, yang digelar di sebuah rumah di jalan Kramat Raya nomor 106, Jakarta Pusat, yang kini menjadi Museum Sumpah Pemuda.
Kongres itu berlangsung pada 27-28 Oktober 1928.
Rumusan ikrar Sumpah Pemuda ditulis oleh Mohammad Yamin dan dibacakan Soegondo Djojopoespito selaku pemimpin kongres.
Adapun bunyi ikrar Sumpah Pemuda adalah sebagai berikut:
1. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah satu, tanah air Indonesia.
2. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia.
3. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Selama kongres berlangsung, ada sejumlah hal menarik yang terjadi.
Terlebih lagi, kongres pemuda ini diawasi langsung oleh Belanda.
Berikut lima fakta menarik kongres Sumpah Pemuda, seperti dikutip dari berbagai sumber.
1. Lagu Indonesia Raya Dinyanyikan untuk Pertama Kali dan Tanpa Syair
Pencipta lagu Indonesia Raya, Wage Rudolf Supratman turut menghadiri kongres pemuda 1928.
Ia pun membawakan lagu ciptaannya dalam kongres hanya dengan irama biola.
Belanda tak mengizinkan kata 'merdeka' diucapkan, sehingga lagu itu dikumandangkan tanpa syair.
2. Enam Perempuan Ikuti Kongres
Sebenarnya, kongres diikuti setidaknya 700 orang.
Namun yang tercatat hanya 82 orang.
Dari sekian banyak yang hadir, hanya enam orang saja yang berjenis kelamin perempuan.
Mereka adalah Siti Soendari, Dien Pantow, Emma Poeradiredjo, Jo Tumbuan, Nona Tumbel dan Poernamawoelan.
3. Peserta Kongres Menggunakan Bahasa Belanda
Saat kongres berlangsung, peserta dan pembicara lebih banyak menggunakan bahasa Belanda.
Namun, Mohammad Yamin yang pandai bahasa Melayu, kemudian menerjemahkan hasil kongres ke bahasa tersebut.
4. Awalnya Tak Memiliki Nama
Ikrar Sumpah Pemuda yang dirumuskan dari kongres itu awalnya tak memiliki nama.
Barulah beberapa hari kemudian, ikar tersebut diberi nama Sumpah Pemuda.
5. Peserta Kongres Banyak Memakai Peci
Peci merupakan penutup kepala khas Indonesia, yang menjadi identitas pergerakan nasional.
Dalam acara resmi pun, mulai dari masyarakat hingga pejabat mengenakannya.
Bung Karno adalah orang yang pertama kali memperkenalkan peci ke masyarakat luas.
Saat kongres pemuda 1928 dilaksanakan, banyak peserta yang memakainya.
Namun karena masih langka, mereka kemudian menggunting pinggiran topi Eropanya, sehingga mirip peci.
Berita ini sudah dimuat di Tribun Jogja dengan judul Ternyata Lagu Indonesia Raya Dinyanyikan Tanpa Syair saat Sumpah Pemuda, Ini 4 Fakta Lainya