TRIBUNTRAVEL.COM - Menteri Pariwisata Arief Yahya menekankan pemberian informasi tentang kondisi Gunung Agung harus satu pintu melalui pusat krisis di Bali.
Hal itu menanggapi tentang dampak status awas Gunung Agung terhadap pariwisata Bali.
"Crisis center-nya sudah dibuat diketuai oleh Pak Gubernur Bali. Harus satu pintu (informasinya). Beritanya gak boleh simpang siur," kata Arief saat ditemui seusai acara Launching "ToF 2017" di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata, Jakarta, Rabu (4/10/2017).
Ia mengatakan pusat krisis untuk pemberian informasi kepada pelaku pariwisata sudah mulai berjalan sejak minggu lalu.
Arief menyebut minggu lalu Kementerian Pariwisata telah memimpin pembentukan pusat krisis berkoordinasi dengan pelaku pariwisata di Bali.
Menpar dijadwalkan akan meninjau kondisi pariwisata Bali untuk mengantisipasi kemungkinan Gunung Agung meletus.
Ia akan bertemu dengan Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia ( PHRI) Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati yang akrab disapa Cok Ace untuk membicarakan dampak Gunung Agung terhadap pariwisata Bali.
"Besok saya ketemu Cok Ace tanggal 16 Oktober. Itu (antisipasi) yang akan kita bicarakan. Yang pertama kita harus menimbulkan rasa aman. Yang penting itu wisatawan, customer kita segala sesuatunya sudah disiapkan. Besok detailnya kita akan bicarakan," kata Arief.
Cok Ace mengatakan Menpar datang ke Bali untuk melihat langsung kondisi di Bali khususnya di Kabupaten Karangasem.
"Sedangkan kami akan melaporkan, langkah-langkah antisipasi kami kalau seandainya Gunung Agung meletus," kata Cok Ace dalam pesan singkat kepada KompasTravel, Rabu (4/10/2017).
Berita ini telah dimuat di Kompas.com dengan judul Menpar Minta Informasi Kondisi Gunung Agung Harus Satu Pintu.