TRIBUNTRAVEL.COM - Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kulonprogo, DI Yogyakarta mengimbau masyarakat untuk tidak membersihkan jeroan hewan kurban di sungai atau selokan.
Kebiasaan itu justru berpotensi merusak kualitas jeroan serta mencemari lingkungan.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan, DPP Kulonprogo, Drajat Purbadi mengatakan, membersihkan jeroan hewan kurban di sungai atau selokan memang sudah jadi kebiasaan yang membudaya di masyarakat.
Namun, cara seperti ini menurutnya justru tidak baik.
Di satu sisi, air sungai atau selokan cenderung tidak bersih dan kemungkinan besar mengandung bakteri tertentu yang membahayakan kesehatan manusia, seperti bakteri E-coli.
Hal ini tentunya akan membuat kualitas jeroan menjadi buruk karena tercemar bakteri.
Di sisi lain, residu dari jeroan hewan kurban juga berpotensi mencemari lingkungna dan menimbulkan bau tak sedap.
"Kami sarankan untuk tidak melakukannya."
"Namun sekarang ini juga sudah mulai banyak panitia di masjid yang menyewa pompa air untuk membersihkan daging dan jeroan kurban dengan air sumur. Ini cara yang tepat," kata Drajat, Kamis (31/8/2017).
Pembersihan jeroan akan lebih baik lagi bila warga tidak langsung membuang residu ke selokan atau sungai.
Melainkan penampungan khusus yang kemudian ditimbun sehingga tidak mencemari lingkungan.
Cara pembersihan pada usus hewan menurut Drajat juga sebaiknya tidak dibelah melainkan digelontorkan air menggunakan selang.
Cara ini akan membuat kotoran dalam usus halus tidak tersebar kemana-mana yang berpotensi merusak kualitas daging kurban yang akan dibagikan.
"Kecuali untuk bagian rumen atau jeroan yang bentuknya seperti serabut handuk."
"Itu memang harus dibelah pembersihannya."
"Untuk usus halus, cukup digelontor air saja," kata Drajat.
Berita ini sudah dimuat di Tribun Jogja dengan judul Jangan Cuci Jeroan Hewan Kurban di Sungai atau Selokan, Begini Lho Cara yang Benar!