Breaking News:

Warung Gemitir - Bernuansa Kuno dengan Ragam Olahan Spesial, Racikan Khas Bali Tak Boleh Dilewatkan

Satu hal yang wajib diperhatikan ketika berkunjung ke Warung Gemitir adalah papan yang ada di dekat meja kasir.

Tribun Bali/Ni Putu Diah Paramitha Ganeshwari
Nasi goreng bumbu Bali 

Laporan Wartawan Tribun Bali, Ni Putu Diah Paramitha Ganeshwari

TRIBUNTRAVEL.COM, TABANAN - Satu hal yang wajib diperhatikan ketika berkunjung ke Warung Gemitir adalah papan yang ada di dekat meja kasir.

Biasanya di papan tersebut akan ditulis menu spesial hari ini.

Menu spesial tentunya tidak tercantum dalam menu.

Setiap hari menu spesial ini bisa berganti-ganti, tergantung instruksi dari si koki.

Selain menu spesial, sesungguhnya Warung Gemitir menyediakan makanan yang tak kalah wajib dicoba.

Menu andalan mereka adalah aneka masakan dengan paduan bumbu Bali-nya.

Sebut saja olahan nasi goreng ala gemitir yang menggunakan bumbu Bali sebagai pengganti kecap dan saus untuk memberikan rasa pada nasinya.

Tribun Bali/Ni Putu Diah Paramitha Ganeshwari
Tribun Bali/Ni Putu Diah Paramitha Ganeshwari 

Mereka tidak hanya memberikan penampilan yang berbeda pada nasi goreng, tetapi rasa dan aromanya pun khas.

Bulir nasi yang berubah warna menjadi kuning terlihat cantik dan cerah.

2 dari 4 halaman

Warnanya hampir sama dengan bunga gemitir yang tumbuh subur di pekarangan warung ini.

Bersama nasi goreng, hadir pula padanannya, berupa ikan pindang yang juga dilumuri dengan bumbu Bali.

Tak ketinggalan, kerupuk, sambal, telur rebus, serta irisan timun dan tomat yang menambah ramai sajian dalam satu piring.

Ketika disantap pun, rasa khas bumbu Bali langsung terasa.

Menu ayam serai pun menjadi makanan khas warung yang beralamat di Jalan Denpasar-Bedugul, Banjar Pacung, Baturiti ini.

Ayam serai pun diolah menggunakan bumbu tradisional yang cocok dipadankan dengan gurihnya daging ayam.

Jika diberi santan pun, makanan ini juga nikmat dan menghasilkan menu ayam santan.

Jika traveler memesan ayam serai atau ayam santan, maka akan langsung disajikan bersama nasi putih dan sayuran.

()

Agus Ervani Sjoekoer, pemilik Warung Gemitir menuturkan penggunaan bumbu Bali dalam masakan adalah ciri khas warung ini.

“Rasa bumbunya pasti sudah akrab dengan warga lokal. Selain itu makanan dengan cita rasa tradisional juga diminati oleh turis mancanegara,” ujarnya.

3 dari 4 halaman

Sajian berupa pisang gorengnya pun direkomendasikan untuk dicoba.

Pisang goreng Warung Gemitir renyah.

Buah pisangnya pun dipilih yang manis.

Bersama sajian pisang goreng, gula aren cair hadir untuk menambah kenikmatannya.

Pisang goreng ini pun sangat lezat disajikan ketika masih hangat.

Lumayan untuk mengusir rasa dingin selama perjalanan ke tempat ini.

TribunBali.com
TribunBali.com 

Kawasan warung ini memang termasuk dataran tinggi.

Jaraknya pun tidak begitu jauh dari Bedugul.

Selain sajian makanannya yang memanjakan lidah, pemandangan yang ada di warung ini pun sangat indah.

Jika datang pagi hari, saat cuaca cerah, traveler bisa melihat megahnya Gunung Agung dari beranda sebelah Timur.

4 dari 4 halaman

Jika cuaca sedang kurang bersahabat pun, pemandangan berupa kebun petani dan perbukitan juga cukup menyejukkan mata.

Jika datang pada hari Minggu, akan ada sajian live musik yang menghibur.

Warung ini juga memiliki dekorasi taman yang indah.

Beraneka jenis bunga hias ditanam di sini, terutama bunga gemitir.

Menurut Agus, bunga gemitir tersebut adalah tanaman hibrida.

Mereka memiliki beberapa jenis bunga mitir, ada yang berwarna kuning atau pun jingga.

Ada juga yang ukuran bunganya besar.

TribunBali.com
TribunBali.com 

Warung Gemitir juga bisa menjadi lokasi untuk melakukan gathering, arisan, ataupun kumpul bersama teman dan keluarga.

Mereka pun bisa menghadirkan makanan ala buffet.

Jika traveler memerlukan screen untuk kepentingan gathering, jangan khawatir sebab pihak Warung Gemitir sudah menyediakannya. 

Bangunan Tempo 1926

Selain memiliki view yang indah, dekorasi Warung Gemitir pun menarik.

Mereka memiliki bangunan utama yang bentuknya menyerupai joglo.

Menurut Agus Ervani Sjoekoer, pemilik Warung Gemitir, bangunan tersebut merupakan rumah tradisional petani Bali tempo dulu yang dibangun pada 1926.

Jika diperhatikan, di beberapa titik tampak kayu yang usianya cukup tua.

Kayu tersebut tidak lagi mulus, terlihat sisa lubang jejak rayap.

TribunBali.com
TribunBali.com ()

Namun kayu tersebut dipernis kembali agar tetap baik dan kokoh.

“Rumah ini merupakan satu-satunya rumah petani tempo dulu yang masih ada di Desa Mayungan Baturiti. Rumah tradisional ini aslinya terdiri dari satu ruangan. Kami lakukan sedikit renovasi untuk menambah ruangan, serta memperlebar bagian samping dan depan, sehingga  bisa dijadikan rumah makan,” jelas Agus.

Ia ingin suasana asli rumah petani ini masih bisa dinikmati.

Karenanya ia tidak mengganti kayu yang menjadi bagian original ruangan ini.

Namun ia menambahkan aksen berupa jendela dan lantai keramik untuk membuat pengunjung merasa nyaman.

Versi original dari rumah ini hanyalah beralaskan tanah.

Guna menambah kesan klasik dan lawas, ia pun memajang foto-foto suasana Bali tempo doeloe pada dinding ruangan.

Nuansa hitam-putih dan sephia pada gambar pun menambah kesan kekunoannya.

Belum lagi foto-foto tersebut memperlihatkan suasana Bali yang pada zaman itu masih sederhana.

Penduduknya masih menggunakan pakaian dengan cara tradisional.

Rumah penduduk pun masih terbuat dari anyaman bambu.

Karenanya berkunjung ke Warung Gemitir tidak hanya membuat kamu merasa puas akan makanan atau pun pemandangan yang indah.

Tempat ini juga menghadirkan nuansa nostalgik, dan mengajak traveler untuk melihat sejarah Bali.

Selanjutnya
Sumber: Tribun Bali
Tags:
BaliBedugulWarung Gemitir Mepamit Handry Satriago
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved