TRIBUNTRAVEL.COM - Pada 16 Agustus 1945, lepas subuh, Bung Karno dan Bung Hatta dijemput untuk dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat.
Ia bersama Fatmawati juga putranya yang masih bayi, Guruh Soekarnoputra, pergi ke Rengasdengklok.
Mereka dikawal oleh Soekarni, Shodancho Singgih, Jusuf Kunto, dan tokoh-tokoh lainnya.
Soekarno dan Hatta singgah di sebuah rumah milik Djiauw Kie Siong.
Padahal rencana awal, Sang Proklamator akan ditempatkan di markas PETA (Pembela Tanah Air).
"Soekarno dan Hatta datang pagi hari ke rumah Djiauw Kie Siong. Kenapa datang ke sini? Karena rumah ini tak mencolok. Rencana awalnya itu tempat kumpulnya di markas PETA. Dipilih rumah Djiauw ini karena jauh dan tertutup rimbun pohon," kisah sejarawan Rushdy Hoesein di kepada KompasTravel di Rumah Djiauw Kie Siong beberapa waktu lalu.
Pada 1957, rumah asli Djiauw Kie Siong yang semula berada di pinggiran Sungai Citarum dipindahkan di lokasi yang berjarak sekitar 150 meter dari tempat aslinya di Kampung Bojong.
Lalu siapakah sebenarnya Djiauw Kie Siong?
Yanto Djuhari (68), cucu dari Djiaw Kie Song, mengisahkan bahwa kakeknya adalah seorang petani yang tinggal di sekitar Sungai Citarum.
"Kakek sih petani dan pedagang juga. Kakek bertani sawah dan berladang palawija. Dulu kakek punya sawah sekitar dua hektar. Kakek sudah bertani lebih dari 20 tahun sejak 1930," kata laki-laki yang memiliki nama Tionghoa Djiaw Tiang Lin itu kepada KompasTravel.
Selama bertani, Djiauw Kie Siong menanam singkong, timun, kacang dan terong.
Biasanya setelah panen, tengkulak datang ke rumahnya untuk memborong.
Djiaw Kie Siong adalah warga keturunan Tionghoa Hakka.
Menurut cucunya, Djiaw Kie Song lahir sekitar tahun 1880 di Desa Pacing, Sambo, Karawang.
Rumah sejarah Djiauw Kie Siong di Kecamatan Rengasdengklok, Kabupaten Jawa Barat, Sabtu (19/8/2017).
"Kakek juga pembuat peti mati. Dulu ada yang suka membawa bahan peti mati. Lama-kelamaan suka buat sendiri, dipahat sendiri. Dia buat peti mati untuk masyarakat sekitar Karawang," jelasnya.
Menurut Yanto, kakeknya juga tergabung sebagai tentara PETA (Pembela Tanah Air).
Kakeknya pernah mendapatkan pangkat di PETA.
"Kakek sakit paru-paru. Meninggal tahun 1964," ujar Yanto.
Djiauw Kie Siong hidup dua bersaudara dan memiliki sembilan anak. Dua dari sembilan anak tersebut adalah anak dari hasil perkawinannya yang kedua.
Adapun anak-anaknya adalah Djiau Kang Hin, Djiaw Kie Hin, Djiaw Nyim Hin, Djiaw Kie Sin, Djiaw Kap Nyong, Djiaw Ten Nyong, Djiaw Yat Nyong, Djiaw Lie Nyong, dan Djiaw Tiang Moy.
Rushdy mengatakan Djiaw Kie Siong adalah orang yang tidak terpikir akan muncul dalam sejarah Indonesia.
Djiauw Kie Siong hanya kebetulan dipilih rumahnya untuk tempat singgah Bung Karno.
"Kalau di buku sejarah itu dia dikenal hanya sebatas rumahnya dipakai. Di dalam Wikipedia yang baru, nama Djiauw Kie Song itu namanya Stephen yang mau baca proklamasi. Bukan. Proklamasi itu ditulis di rumah Tadashi Maeda dan Bung Karno itu tidak menginap," ujar Rushdy.
Berita ini telah dimuat di Kompas.com dengan judul Mengenal Djiauw Kie Siong, Pemilik Rumah di Rengasdengklok yang Disinggahi Bung Karno