TRIBUNTRAVEL.COM - Perubahan iklim semakin parah saja.
Selain membuat es di Kutub mulai mencair, perubahan iklim juga akan membahayakan warga di Asia Selatan.
Dilansir dari time.com, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Science Advances, menemukan, warga di Asia Selatan diperkirakan akan mengalami kondisi suhu yang sangat panas dan kelembaban di mana orang tidak dapat bertahan tanpa AC pada 2100.
Efek kenaikan suhu yang ekstrem ini akan membuat masalah pada kesehatan pada orang yang terlalu sering berada di luar pada suhu tinggi.
Seperti pekerja lapangan, sopir, petani, dan lainnya.
“Jika petani mengalami masalah kesehatan, maka produksi pertaniannya otomatis terganggu,” ucap penulis studi, Elfatih Eltahir.
“Jika produksi terus menurun, maka berpotensi semua orang akan menderita kelaparan.”
Saat ini, suhu tidak sehat yang ekstrem di Asia Selatan, mencakup negara India, Pakistan, dan Bangladesh, memengaruhi sekitar 15 persen populasi wilayah ini.
Contoh mudahnya ketika gelombang panas tahun 2015 yang menewaskan lebih dari 2.500 orang.
Periset mencatat, skenario bencana ini dapat dihindari jika negara-negara memenuhi komitmen untuk menjaga agar suhu tidak naik lebih dari 2 derajat Celcius pads 2100 sesuai Perjanjian Paris 2015.
Apalagi Asia Selatan memang menempati urutan teratas dalam daftar daerah yang paling terancam karena pemanasan global.
Eltahir menemukan, sejumlah kota di sana akan mencapai ambang suhu yang sama sekali tidak dapat dimofikasi lagi pada tahun 2100.
“Kami telah membangun seluruh infrastruktur dengan suhu tertentu,” ucap Matthew T Huber, seorang profesor Geografi di Syracuse University pada awal tahun.
“Namun ketika suhu menjadi sangat tinggi dan tidak terkendali, kami tidak memiliki kapasitas material untuk mengatasinya.”
Berita ini sudah dimuat di intisari.grid.id dengan judul Gawat, 83 Tahun Lagi Wilayah Asia Selatan Tidak Bisa Dihuni Manusia Karena Hal Ini