Breaking News:

Eksis Sejak Zaman Kerajaan Mataram, Gudeg Punya Segudang Manfaat Bagi Kesehatan

Eksistensi gudeg sudah ada sejak abad ke-16, saat para prajurit Kerajaan Mataram menemukan banyak pohon nangka dan kelapa saat sedang membelah hutan.

Editor: Sinta Agustina
KOMPAS.COM / MUHAMMAD IRZAL ADIAKURNIA
Seporsi gudeg cakar, salah satu kuliner Solo/Surakarta yang buka dini hari. 

TRIBUNTRAVEL.COM - Gudeg tak hanya menjadi ikon kuliner, tapi juga identitas bagi Yogyakarta.

Seporsi gudeg selalu menjadi incaran wisatawan baik saat sarapan, makan siang, atau makan malam.

Bagi warga Yogyakarta, gudeg seperti sudah mendarah-daging dalam kehidupan.

Baca: Tak Perlu Khawatir Lapar Tengah Malam, 5 Kuliner Malam di Jogja Ini Dijamin Membuat Kenyang Seketika

Eksistensi gudeg sudah ada sejak abad ke-16, saat para prajurit Kerajaan Mataram menemukan banyak pohon nangka dan kelapa saat sedang membelah hutan.

Resep gudeg kemudian 'mewabah' dari lingkaran keluarga prajurit Mataram, ke rumah-rumah hingga jadi suguhan spesial di Keraton.

Di balik sejarah dan keistimewaannya, seporsi gudeg rupanya memiliki kandungan gizi yang tidak sedikit.

Hal itu diungkapkan Murdijati Gardjito, seorang profesor sekaligus peneliti di Pusat Kajian Makanan Tradisional (PMKT), Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM.

"Sudah diteliti secara keilmuan, gudeg memiliki banyak kandungan serat baik yang larut maupun tidak larut yang cukup tinggi," tutur Murdijati kepada KompasTravel, Rabu (16/11/2016).

Kandungan serat yang terdapat pada gudeg baik yang berbahan dasar nangka, rebung, atau manggar (bunga kelapa yang masih muda) berkhasiat untuk mengikat racun dan memperbesar volume feses.

2 dari 2 halaman

"Dengan begitu serat akan membersihkan usus besar. Ini mengapa orang Yogyakarta sangat minim menderita kanker usus besar," tutur Murdijati.

Selain itu, serat akan mengikat racun sehingga keluar lewat pencernaan.

Penulis buku berjudul 'Gudeg, Sejarah dan Riwayatnya' itu menambahkan, gudeg juga menjadi sumber kalsium dan fosfor.

"Memperbaiki metabolisme, memperkuat tulang. Fosfor akan membentuk energi," tambahnya.

Sebagai makanan sehari-hari, gudeg menyumbang angka harapan hidup bagi masyarakat Yogyakarta.

Murdijati mengungkapkan, angka harapan hidup warga Yogyakarta adalah salah satu yang tertinggi di Indonesia.

"Angka harapan hidup rata-rata di Indonesia adalah 67 tahun. Sementara itu di Yogyakarta angka harapan hidupnya mencapai 77,7 tahun. Salah satu penyebabnya adalah konsumsi gudeg yang cukup tinggi," tutur dia.

Berita ini telah dimuat di Kompas.com dengan judul Selain Enak, Gudeg Juga Baik untuk Kesehatan.

Selanjutnya
Sumber: Kompas.com
Tags:
YogyakartaMataram
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved