Laporan Wartawan TribunTravel.com, Ambar Purwaningrum
TRIBUNTRAVEL.COM - Pernahkah terlintas di pikiran traveler untuk mencoba melakukan liburan yang ekstrem sekali seumur hidup?
Mungkin pertanyaan ini terdengar aneh.
Namun bagi mereka yang sering melakukan perjalanan, tantangan ini cukup menarik perhatian.
Ada banyak tantangan yang bisa traveler lakukan saat berlibur.
Satunya menumpangi kapal hantu.
Tak cuma sehari, namun sampai lebih dari berbulan-bulan.
Suasana menegangkan bisa traveler rasakan ketika menumpang kapal hantu ini.
Dilansir TribunTravel.com dari laman dailymail.co.uk, The Sea Princess merupakan kapal pesiar mewah yang melakukan pelayaran keliling dunia selama 104 hari.

Satu hal yang membuat kapal ini menakutkan bukan karena penampilannya yang seperti film horor, melainkan perjalannnya.
Bayangkan saja, selama 10 hari semua penumpang yang berjumlah 2.000 orang ini diharuskan untuk mematikan semua lampu dan musik.
Keadaan ini tentu membuat penampilan kapal sangat menakutkan.
Bukan tanpa alasan mengapa tak boleh menjadikannya kapal hantu.
Tujuannya untuk menghindari risiko serangan bajak laut yang dikenal sangat berbahaya.

Para wisatawan harus membayar 50 ribu dolar AS atau setara Rp 650 juta untuk menumpang kapal ini menceritakan betapa mengerikannya mereka berada di kapal hantu.
Apalagi saat itu, The Sea Princess sedang melewati perairan paling berbahaya di dunia dimana sering ada kegiatan bajak laut Somalia.
Carolyne Jasinski, spesialis media dari Australia mengatakan, kapal pesiar diselimuti kegelapan saat melewati Samudera Hindia, Laut Arab, Teluk Aden dan Terusan Suez.

"Kapten Gennaro Arma yang ditunjuk sebagai nahkoda kapal meminta maaf karena mengkhawatirkan penumpang."
"Namun ancaman itu nyata dan kapal harus siap untuk serangan bajak laut," ujarnya.
Musik, lampu yang menyilaukan, klub malam, dan kegiatan apapun dihentikan demi keamanan.
Tirai ditarik dan jendela seluruh kapal ditutup, sedangkan lampu dimatikan dari senja sampai fajar.

Selama 10 hari, semua penumpang dikirim ke kabin mereka masing-masing.
Mereka diminta untuk duduk di lantai dan saling berpegangan saat kapal harus berbelok menjauh dari kapal bajak laut.
Situasi ini tentu menjadi pengalaman yang tak terduga bagi para penumpang.

Sebab awalnya, mereka beranggapan jika liburan yang dilakukan hampir setahun dan menghabiskan lebih dari setengah miliar itu akan menyenangkan.
Nyatanya mereka juga harus mengalami kejadian yang hampir merenggut nyawa.
Sebagai informasi, kasus perompakan yang dilakukan bajak laut Somalia tak cuma sekali terjadi.
Ada enam upaya penyerangan kapal pesiar yang dilakukan bajak laut selama 12 tahun terakhir.
Kejadian ini tentu menjadi pembelajaran bagi kita semua untuk selalu berhati-hati dimana pun berada, termasuk saat berada di kapal.