Laporan Wartawan TribunTravel.com, Rizkianingtyas Tiarasari
TRIBUNTRAVEL.COM - Bagian terburuk dari sebuah liburan adalah itu harus berakhir.
Masalahnya, banyak orang yang sering merasa bingung, kenapa liburannya cepat sekali berakhir.
Sehingga mereka menjadi kurang siap untuk kembali bekerja.
Ternyata hal ini ada penjelasannya lho, traveler.
Dilansir dari laman Travel and Leisure, bagaimana kamu merasakan liburan, entah cukup lama atau terlalu sebentar, ternyata sangat berhubungan dengan cara berpikir.
Sebuah temuan dari satu studi baru di Journal of Consumer Research mengategorikan suatu pengalaman dapat membuatnya terasa lebih pendek.
Hal ini bisa berefek baik jika dilakukan selama waktu kerja yang penuh tekanan, tapi tidak pada liburan yang durasinya sudah terlalu pendek.
"Para konsumen tidak hanya fokus pada pengalaman individu. Sebaliknya, mereka justru cenderung mengkategorikan dan mengelola pengalaman ... "
"Untuk pengalaman positif, konsumen enggan untuk menghilangkan kategori, sehingga pengalaman positif itu malah terasa terlalu cepat berlalu."
"Sementara sebaliknya menghilangkan kategori pada pengalaman negatif dapat membuat konsumen merasakannya lebih cepat berlalu, "tulis penulis dari studi tersebut, Anuj K Shah, (University of Chicago Booth School of Business) dan Adam L Alter (Universitas New York).
Dengan kata lain, mengategorikan pengalaman lebih baik dilakukan saat kamu sedang menjalani hal yang kurang menyenangkan.
Sebaliknya, hilangkan upaya mengkategorikan pengalaman saat kamu sedang bersenang-senang.
Misalnya, katakanlah traveler sedang berlibur di London dan memiliki empat aktivitas yang direncanakan.
Kamu akan pergi ke British Museum dan melihat drama di West End, juga mendapat tiket ke Wimbledon dan menonton pertandingan sepakbola.
Sementara dengan memisahkan kegiatan ini menjadi dua kategori sebagai "seni" dan "olahraga" justru akan membuat liburan jauh terasa lebih pendek.
Sebagai gantinya, dengan menyelang-nyeling aktivitas, seperti melihat drama dan pertandingan sepakbola dalam satu hari, lalu mengunjungi museum dan Wimbledon di hari yang lain, akan memperluas pengalaman positifnya.
"Satu hari yang menyenangkan di sebuah taman hiburan mungkin bisa terasa lebih lambat, jika dua aktivitas menaiki wahana dan melakukan permainan itu diselang-seling."
"Sehingga para traveler masih dapat merasakan sensasi mendebarkan dalam menantikan wahana dan permainan selanjutnya," para penulis menyimpulkan.
Di sisi lain, saat kamu memiliki pengalaman yang kurang menyenangkan.
Misalnya sakit gigi, maka jika dokter gigi memecah prosedur pengobatannya menjadi dua fase, maka prosedur akan terasa lebih cepat.
Teori ini tampak sejalan dengan teori lain oleh Marc Wittmann, seorang psikolog dan penulis "Felt Time: The Psychology of How We Perceive Time," yang mengatakan, kamu dapat membuat liburan terasa lebih lama dengan cara mencari pengalaman baru yang tak terlupakan - dan tidak merencanakan begitu banyak agenda.
Jadi jika kamu benar-benar ingin mendapatkan hasil maksimal dari liburan berikutnya, ingatlah untuk tetap menikmati momen yang ada tanpa harus memilah-milahnya ke dalam beberapa kategori.