Laporan Wartawan TribunTravel.com, Rizkianingtyas Tiarasari
TRIBUNTRAVEL.COM - Mengunjungi dan berinteraksi dengan suku pedalaman tak hanya dapat dilakukan di Pulau Kalimantan atau Sumatera.
Kamu bisa menyelami kehidupan suku pedalaman di Thailand juga, lho.
Memang sih, traveler yang memilih Thailand sebagai negara destinasi wisata, cenderung mengunjungi ibu kota negara atau pulau-pulau sekitar.
Padahal, wilayah Thailand bagian utara ini juga kaya akan wisata sejarah dan memiliki daya tarik yang dapat menarik minat petualang untuk trekking.
Di kawasan ini, traveler dapat menjelajahi taman nasional hingga candi; mata air panas ke lembah hijau; serta menyaksikan satwa liar dan suku perbukitan.
Ada beberapa suku yang masih menjalani cara hidup tradisional di perbukitan bagian utara Thailand dan sering disebut 'hill tribes' atau suku perbukitan.
Dilansir dari laman theculturetrip.com, etnis minoritas ini berhasil sampai ke pegunungan Thailand ratusan tahun lalu.
Sebagian besar berasal dari Vietnam, Tibet, Nepal, Laos, Myanmar, dan China.
Suku-suku perbukitan Thailand berjumlah sekitar dua persen dari total populasi Thailand.
Mereka juga dikenal sebagai suku asli atau orang pegunungan.
Mereka terutama membuat rumah di wilayah utara Thailand, termasuk Kota Chiang Rai dan Chiang Mai serta provinsi Mae Hong Son.
Hanya ada enam suku perbukitan yang dapat dikenal di Thailand.
Yakni, suku Lisu, Karen, Mien (Yao), Hmong, Akha, dan Lahu.
Masing-masing memiliki tradisi, bahasa, budaya, dan kerajinan tangan yang unik.
Misalnya, suku Mien berasal dari China dan memiliki ikatan yang kuat dengan nenek moyangnya.
Karena itu, bahasa yang digunakan oleh anggotanya secara linguistik mirip dengan bahasa China.
Mereka juga menggunakan karakter China dalam alfabet mereka.
Sementara suku Lahu adalah satu masyarakat tradisional yang berdiam di sepanjang Sungai Mae Taeng, atau dikenal dengan Sungai Taeng.
Sungai Mae Taeng melintasi vegetasi padat wilayah utara, sehingga saat melintasi sungai ini pengunjung dapat melihat tanaman hijau subur di kedua sisi tepiannya.
Sepanjang jalan, traveler juga akan memiliki kesempatan untuk melihat satwa liar asli daerah itu dan nelayan Thailand lokal, serta bersantai di tepi sungai yang tenang.
Suku Lahu, yang berasal dari China, adalah satu suku perbukitan dengan jumlah populasi terbesar di wilayah ini dan terbagi menjadi empat subbagian yang berbeda - Black Lahu, Red Lahu, Yellow Lahu, dan Lahu Sheleh.
Dua dari kelompok khas ini sangat dikagumi karena keterampilan menenun mereka.
Sebagian kecil orang suku Lahu beragama Kristen, sedangkan mayoritasnya mempraktikkan animisme.
Di samping itu, masih ada suku Karen yang berasal dari Myanmar dan merupakan suku terbesar kedua.
Suku ini dikenal dengan cincin kuningan yang dikenakan para wanitanya di leher.
Sebagian besar suku Karen mempraktikkan budhisme dan animisme.
Lalu, ada suku Akha yang juga berasal dari Myanmar dan dibagi menjadi dua; Akha Lo Mi dan Akha U Lo.
Suku Akha bisa dilihat dari hiasan kepala mereka.
Uniknya suku ini tidak memiliki bahasa tertulis secara formal.
Ada pula suku Hmong, yang aslinya berasal dari Laos dan mengenakan pakaian yang bersulam dan terkenal dengan kerajinan perhiasan peraknya.
Terakhir, suku Mien yang berasal dari China.