TRIBUNTRAVEL.COM - Industri telah menghasilkan lebih dari 9,1 miliar ton plastik sejak tahun 1950.
Cukup banyak plastik yang tersisa untuk menimbun Manhattan, di New York, Amerika Serikat, di kedalaman dua mil atau 3,6 km di bawah permukaan sampah.
Berita itu dirilis kantor berita Associated Press pada Rabu (19/7/2017) dengan merujuk sebuah studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnalScience Advances di hari yang sama.
Plastik tidak rusak seperti bahan buatan manusia lainnya.
Tiga perempat barang itu berakhir sebagai limbah di tempat pembuangan sampah, mengotori daratan, dan mengambang di lautan, danau dan sungai, demikian penelitian yang dilaporkan dalam jurnalScience Advances, Rabu.
"Pada tingkat saat ini, kita benar-benar menuju planet plastik," kata penulis utama studi tersebut, Roland Geyer, seorang ahli ekologiindustri di University of California, Santa Barbara.
"Ini adalah sesuatu yang harus kita perhatikan."
Bentuknya Unik dan Langka, 9 Buah Eksotis Ini Namanya Pasti Jarang Kamu Dengar https://t.co/qW8q8Rooxm via @TribunTravel
— Tribun Travel (@TRIBUNTravel) July 19, 2017
Ledakan plastik (plastic boom) dimulai setelah Perang Dunia II, dan sekarang plastik ada dimana-mana, yang digunakan dalam kemasan seperti botol plastik dan barang konsumsi seperti ponsel dan kulkas.
Plastik juga ada di pipa dan bahan bangunan lainnya, ada di mobil dan pakaian, biasanya seperti bahan poliester.
Penulis kajian lainnya, Jenna Jambeck dari Universitas Georgia, mengatakan, kita perlu mengetahui berapa banyak sampah plastik yang ada di seluruh dunia sebelum masalah itu bisa ditangani.
Menurut penghitungan mereka, dari 9,1 miliar ton yang dihasilkan, hampir 7 miliar ton sudah tidak digunakan lagi.
Hanya 9 persen yang didaur ulang dan 12 persen lainnya dibakar, membiarkan 5,5 miliar ton sampah plastik di darat dan di air.
Pada tahun 2015, dunia menghasilkan 448 juta ton plastik - lebih dari dua kali lipat pada tahun 1998.
Seorang pejabat kelompok perdagangan AS mengatakan industri plastik mengetahui masalahnya dan berupaya meningkatkan daur ulang dan mengurangi limbah.
"Plastik digunakan karena efisien, harganya murah, dan berfungsi dengan baik," kata Steve Russell, wakil presiden American Chemistry Council, sebuah asosiasi industri yang mewakili produsen.
Menggunakan alternatif selain plastik untuk kemasan produk dan barang konsumsi seperti kaca, kertas, atau aluminium justru membutuhkan lebih banyak energi, kata Russell.
Limbah plastik di air telah terbukti membahayakan lebih dari 600 spesies kehidupan laut, kata Nancy Wallace, direktur program limbah laut pada Badan Administrasi Atmosfer Kelautan Nasional AS (NOAA).
"Ini adalah sejumlah besar limbah material, dan kita tidak melakukan usaha apapun,” kata Wallace.
"Kita menemukan plastik ada di mana-mana."
Berita ini telah dimuat di Kompas.com dengan judul Sampah Plastik Dunia Bisa Timbun Manhattan Sedalam 3,6 Km