Laporan Wartawan TribunTravel.com, Rizkianingtyas Tiarasari
TRIBUNTRAVEL.COM - Apa yang kamu lakukan saat mendapatkan paspor pertama kali? Traveling ke negeri antah berantah?
Inilah yang dilakukan oleh seorang petugas kebersihan dari Brooklyn, New York, AS.
Dilansir dari laman Daily Mail, George Shomo mendapatkan paspor pertama pada usia 53 tahun, sekaligus melakukan penerbangan dan memulai perjalanan kapal pertamanya ke satu tempat paling terpencil di dunia, Sable Island di lepas pantai Nova Scotia, Kanada.
George terlihat sangat antusias dan terharu hingga menitikkan air mata saat ia memasuki daerah pedesaan di sana; pemandangan yang sangat berbeda dari jalanan New York yang telah diakrabinya selama lebih dari lima dekade.
Berbicara tentang bagaimana rasanya melangkah ke pantai berpasir di Pulau Sable, George berkata, "Saya merasa seperti anak kecil yang keluar untuk pertama kalinya, menghirup udara segar dan angin laut."
George juga mengaku, dia belum pernah berlibur selama bertahun-tahun.
Liburan ini ia peroleh saat memenangkan hadiah perjalanan ke Pulau Sable dalam sebuah undian di Explorers Club tempat dia bekerja selama empat tahun terakhir sebagai petugas kebersihan.
Ekspedisi tersebut dijalankan oleh perusahaan pelayaran keluarga Adventure Canada.
Dan terdapat 198 penumpang menaiki kapal di St John's, New Foundland, sebelum akhirnya sampai di Pulau Sable.
Pulau yang dijuluki ludah pasir ini juga disebut sebagai 'lengkung senyum di tengah Atlantik' mengingat bentuknya yang melengkung sepanjang 26 mil.
Tiga tahun yang lalu, pulau Sable diberi status National Park Reserve berkat adanya koloni kuda liar yang unik dan lebih dari 300.000 anjing laut yang berwarna abu-abu.
Pulau ini juga merupakan surga bagi pengamat burung, dan menjadi rumah bagi burung laut jenis Roseate yang terancam.
Serta menjadi satu-satunya tempat berkembang biak dari bangau Ipswich yang langka.
George mengatakan bahwa dia tidak tahu di mana pulau itu berada dan dia tidak terlalu tertarik untuk berlibur pada mulanya.
"Saya tidak mempercayai orang lain untuk melakukan pekerjaan saya, jadi saya memberi tahu atasan saya bahwa saya sebenarnya tidak ingin pergi."
"Tapi dia bilang kalau saya tidak melakukan perjalanan, saya tidak boleh kembali bekerja."
"Setelah dia mengatakan bahwa saya mendapatkan paspor, saya tidak ingin kehilangan pekerjaan."
"Antrian untuk mendapatkan paspor itu gila tapi akhirnya saya berhasil! "
Banyak penumpang yang mengatakan bepergian dengan George adalah pengalaman sederhana yang sangat berkesan.
Pasalnya, George mengatakan dia terkena kesulitan keuangan dan mengalami diskriminasi rasial pada tahun 1960an di New York.
George juga jujur, ada hal yang ia khawatirkan.
George mengatakan, satu hal yang sangat dia takuti adalah menaiki perahu zodiak kecil dari kapal utama, yang membawa penumpang ke pantai.
Tapi setelah melihat orang lain menaikinya, dia merasa lebih nyaman.
"Saya takut jatuh di air karena saya tidak bisa berenang tapi saya melihat wanita tua kecil masuk dan keluar dari perahu itu dan saya hanya berpikir "jika mereka bisa melakukannya, saya bisa."
Terbang juga sesuatu yang cukup mengerikan bagi George.
Dia mengatakan, sebenarnya George pernah berada di bandara karena bekerja di TSA (Transportation Security Administration/Administrasi Keamanan Transportasi) di Bandara JFK setelah serangan 9/11.
Tapi liburannya kali ini merupakan pengalaman naik pesawatnya yang pertama kali.
Saat bercerita tentang pengalaman penerbangan pertamanya, George berkata, "Saya duduk di sana dan mulai panik. Aku tidak pernah setinggi itu sepanjang hidupku. Aku memejamkan mata dan mencengkeram lengan kedua tanganku saat kami lepas landas. Untung aku tidak sakit."
Hal pertama lain bagi George mencakup meminum rum yang kuat dan mencium ikan cod yang mati di bibirnya, sebuah tradisi lokal di New Foundland sebagai bagian dari upacara inisiasi yang disebut 'screeching in'.
Dia bercanda menyamakan hal itu rasanya seperti mencium mantan kekasih.
George juga menambahkan, setelah ini, dia tidak tahu kapan atau di mana perjalanan selanjutnya akan terjadi.
Melihat betapa antusias George Shomo, tak ada kata terlambat untuk traveling bukan?
Semoga kisah ini bisa menginspirasi kamu untuk berani mencoba hal baru.