Laporan Wartawan Tribun Jogja, Gilang Satmaka
TRIBUNTRAVEL.COM - Berwisata dan menikmati panorama alam menjadi satu alternatif untuk menghilangkan penat.
Satu lokasi wisata yang menjadi saksi sejarah peradaban umat manusia pada jaman dahulu dan memiliki keindahaan situs-situs peninggalannya ialah Candi Plaosan Lor.
Candi Plaosan Lor merupakan satu candi yang menjadi saksi bisu sejarah peradaban kerajaan kuno, dan memiliki cerita tentang toleransi antar umat beragama.
Candi tersebut terletak di kawasan Jalan Candi Plaosan, Prambanan, Klaten Jawa Tengah.

Menurut penjelasan Idu, salah seorang pemandu wisata, Candi Plaosan Lor merupakan candi Buddha, yang dibangun oleh seorang putri raja bernama Pramodhawardhani atau Sri Kahulunan dari dinasti Sailendra, pada abad 9 Masehi.
"Dalam Mendirikan bangunan suci ini, Sri Kahulunan didampingi suaminya yang bernama Rakai Pikatan. Candi ini tepatnya dibangun pada tahun 825 hingga 850 Masehi," Tambah wanita berhijab itu.
Idu melenjutkan, setelah runtuhnya era kerajaan, candi itu mulai ditemukan lagi pada tahun 1867 oleh orang yang berkebangsaan Belanda, bernama Ijerman.

Ijerman merupakan orang suruhan Rafles, yang mulai pada tahun 1909 ia dibantu rekan-rekannya melakukan penelitian terhadap Candi Plaosan tersebut.
"Dan mulai pada tahun 1940, Candi Plaosan ini mulai dipugar dan ditata kembali oleh bangsa Belanda. Setelah Indonesia merdeka, baru pada tahun 1990 pemugaran candi tersebut dilanjutkan," Jelas Idu.
Akhirnya candi diresmikan sebagai cagar budaya dan kawasan wisata purbakala pada tahun 1998, tepatnya pada tanggal 19 Februari.
Memasuki kawasan candi traveler dapat menyaksikan megahnya dua candi utama yang dikelilingi bongkahan-bongkahan batuan prasasti peninggalan purbakala.
Idu menambahkan, kedua candi utama mempunyai jenis kelamin yaitu, laki-laki dan perempuan.
Yang membedakan adalah ukuran reliefnya.
"Candi utama yang di sebelah selatan merupakan candi yang berjenis kelamin laki-laki, karena ukiran reliefnya menceritakan kisah perjalanan kehidupan laki-laki pada zaman kerajaan dulu, dan kebanyakan ukirannya ialah orang laki-laki. Sedangkan di sisi utara candi utama tersebut, berjenis kelamin perempuan karena kebanyakan relief yang terukir merupakan perempuan," papar Idu.
Di lokasi candi terdapat pula Stupa Perwara yang berjumlah 116 buah dan Candi Perwara berjumlah 58 buah.
Di sisi utara Candi Plaosan ini, traveler bisa melihat pohon Bodhi yang sudah berumur puluhan tahun tertanam di situ.
Menurut cerita sejarah pohon Bodhi merupakan, pohon tempat Sidartha Gautama bersemedi dan memperoleh pencerahan.

Idu menceritakan juga Candi Plaosan ini memiliki Mitos Romantisme.
"Jika Kebanyakan mitos yang berkembang di masyarakat ketika kita mengunjungi candi Prambanan dengan pasangan kita, maka akan putus atau tidak langgeng. Namun di Candi Plaosan ini justru sebaliknya, ketika membawa pasangan ke candi ini, hubungan mereka akan langgeng, oleh karena itu, candi ini sering dijadikan sebagai spot prewedding," kata Idu.
Mulai tahun 2016, di Candi Plaosan setiap tahunnya diadakan pertunjukan gelar seni budaya yang meriah.
Di antaranya, Gejlog Lesung, Karawitan, Jathilan dan tari-tarian kebudayaan tradisional.
Memasuki obyek wisata cagar budaya Candi Plaosan, traveler hanya perlu mengeluarkan biaya sebesar Rp.5.000.
Untuk biaya parkir kendaraan Rp.2000 dan tiket masuk sebesar Rp.3000.
Untuk menuju ke Candi Plaosan dari kota Yogyakarta bisa melalui Jalan Raya Jogja-Solo.
Ikuti terus jalan tersebut ke Timur hingga sampai di Candi Prambanan.
Dari situ ada sebuah perempatan, ambil kiri dan ikuti jalan terus ke utara hingga bertemu perempatan kecil.
Dari perempatan kecil tersebut belok kanan dan lurus terus ke timur, kurang lebih 1 Km traveler sudah sampai di lokasi Candi Plaosan Tersebut.