Laporan Wartawan Tribun Jogja, Gilang Satmaka
TRIBUNTRAVEL.COM - Beragam tempat wisata alam, dengan suguhan panorama landscape menawan bisa traveler jumpai di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Wisatwan banyak sekali yang berbondong-bondong menuju tempat wisata alam yang indah, sebagai tujuan wisata.
Namun tempat-tempat wisata minat khusus yang syarat akan cerita-cerita sejarah dan mitos jarang untuk dikunjungi para wisatawan.
Padahal ditempat-tempat tersebut, wisatawan akan bisa belajar sejarah sekaligus berwisata.
Salah satu tempat wisata dengan sekelumit kisah sejarahnya yang menarik, yaitu ialah Gua Kiskendo.
Terletak di Desa Jatimulyo, kecamatan Girimulyo Kulonprogo, Gua Kiskendo tepatnya berada perbatasan Jogja dan Purworejo.
Kisah sejarah yang menarik di Gua Kiskendo, menjadikan Gua tersebut salah satu wisata minat khusus yang digemari banyak wisatwan.
Menurut Suisno seorang anggota pengelola Gua tersebut, Gua Kiskendo telah ditemukan pada tahun 1820.
Lalu mulai dibuka sebagai tempat wisata pada 1964, yaitu sebagai wisata minat khusus religi.
Lalu pada mulai tahun 1974 hingga tahun 1975, tempat tersebut mulai dilirik oleh Dinas Pariwisata DIY.
"Dahulu 17 kapling tanah milik warga disekitar Gua Kiskendo ini, lalu dibeli oleh dinas pariwisata DIY. Pada tahun 1979 tempat ini resmi milik Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta," Tambah Suisno.

Ia menjelaskan juga, pengelolaan tempat wisata Gua Kiskendo tersebut lalu dikelola oleh Dinas Pariwisata Kulonprogo, yang sejak tahun 2005 membina masyarakat sekitar dan menjadikan kelompok sadar wisata Kiskendo.
Dan mulai tahun 2007 kelompok desa wisata Jatimulyo ditugasi untuk menjadi eksekutor pelaku desa wisata di kawasan tersebut.
Kisah mitos yang beredar di masyarakat pun santer terdengar sudah sejak beberapa ratus tahun yang lalu.
Suisno menceritakan nama Kiskendo sendiri sebenarnya ialah nama dari sebuah kerajaan tempat tahta kekuasaan Mahesasura dan Lembu Sura di jaman Ramayana.
Keduanya ialah raksasa berbentuk orang berkepala Sapi dan Kerbau.
"Konon menurut cerita yang tersebar di masyarakat, dahulu dari Kahyangan mengadakan sebuah sayembara. Barang siapa yang bisa membunuh Mahesasura, akan mendapatkan imbalan, yaitu kalau seorang perempuan akan dijadikan saudara kembar dewi torokasih, dan jika laki-laki akan dijadikan suaminya," papar Suisno.
Dari cerita yang beredar di masyarakat majulah Subali dan Sugriwo dalam sayembara tersebut. Keduanya adalah sosok manusia Kera.

Suisno memaparkan ceritanya sore itu, yang masuk terlebih dahulu ke dalam kerajaan Kiskendo ialah Subali, yang kemudian meninggalkan pesan kepada Sugriwo.
"Saat itu mitos yang beredar ialah Subali meninggalkan pesan kepada Sugriwo yang berada di luar Kiskendo. Jika ada aliran air dan bercampur darah berwarna putih berati Subali yang mati, namun kalau yang keluar air bercampur darah merah berati Mahesasura yang telah mati," cerita Suisno.
Ia melanjutkan, yang dilihat Sugriwo saat itu ialah darah bercampur air yang berwarna putih dan merah.
"Anggapan Sugriwo saat itu bahwa keduanya (Subali dan Mahesa Suro) telah mati, lalu pintu kiskendo Akhirnya ditutup oleh Sugriwo, dan akhirnya Sugriwo melapor ke kahyangan kepada Batara guru, bahwa keduanya telah mati dan Dewi Torokasih dijodohkan oleh Sugriwo," Lanjut Suisno.
Namun, Suisno melanjutkan ceritanya sore itu, ternyata Subali belum mati.
Darah merah dan putih yang mengalir dari kerajaan Kiskendo tadi ialah darah dari Mahesa Sura dan Lembu Suro.

Keduanya berhasil diadu oleh Subali, dan Subali ternyata masih hidup di dalam kerajaan Kiskendo tersebut.
"Akhirnya Subali bisa keluar dari Kiskendo yang pintunya sudah ditutup Sugriwo, dengan ajian Pancasona miliknya. Ajian tersebut menembus Kerajaan Kiskendo dari bawah ke atas sejauh 800 meter. Singkat cerita Subali dan Sugriwo bertarung akibat salah paham diantara keduanya, yang mengakibatkan Subali gugur karena dalam peperangan tersebut Sugriwo meminta bantuan kepada Praburomo untuk memanah Subali," Jelas Suisno.
Dari cerita Suisno tersebut ia menjelaskan kedalaman Gua wisata legenda sedalam 800 meter itu akibat ajian Pancasona milik Subali, dan jika traveler berjalan ke bawah Gua tersebut sampai saat ini belum ada jalan tembusnya.
Pada zaman dahulu Gua Kiskendo ini, sering digunakan para leluhur terdahulu untuk bertapa.
Dan banyak orang jaman dulu yang mencari kesucian ditempat ini.
Relief untuk menggambarkan kisah Sugriwo dan Subali pun juga telah di ukir pada dinding disekitar Gua Kiskendo sejak tahun 1980, oleh Komunitas Seni pada waktu itu.
Suisno menyampaikan juga sampai saat ini, Gua Kiskendo berkembang dan terus dikelola menjadi wisata Geopark.

Selain relief yang menggambarkan kisah Sugriwo - Subali.
Kisah tersebut ternyata juga divisualkan dengan Adanya tarian kolosal tentang Sugriwo Subali.
"Untuk tahun ini, pertunjukan seni tarian kisah tersebut akan diadakan pada Tanggal 16 Juli mulai pukul 10.00 pagi. Dan pada tanggal 7 Desember, juga pada pukul 10.00 pagi. Tujuan pertunjukan tarian tersebut terus digelar yaitu, agar cerita legenda tersebut tidak mati," Tambah Suisno.
Untuk memasuki kawasan wisata Gua Kiskendo, traveler hanya perlu mengeluarkan biaya sebesar kurang lebih Rp.10.000.
Yaitu untuk Biaya Tiket masuk sebesar Rp.5.000 parkir kendaraan untuk roda dua Rp.2.000 dan kendaraan roda empat Rp.5000.
Untuk menuju ke Gua Kiskendo ini, jalur yang akan traveler lewati tidaklah rumit.
Dari kota Yogyakarta kamu bisa melalu Jalan Godean terus kebarat sampai ke arah Kulonprogo.
Hingga sampai di perempatan Kenteng lurus terus ikuti jalan melewati Jembatan Kali Progo.
Ikuti terus jalan perbukitan yang berkelok.
Hingga tiba di sebuah persimpangan besar, dikiri jalan persimpangan besar itulah kamu sudah sampai di lokasi wisata Gua Kiskendo.