Laporan Wartawan TribunTravel.com, Ambar Purwaningrum
TRIBUNTRAVEL.COM - Siapapun akan mengangguk setuju jika menyebut kawasan di sekitar bandara itu bising.
Bayangkan saja ada ratusan pesawat yang melintas setiap harinya, membuat suara yang keras dan dijamin siapapun yang tinggal di sekitarnya akan merasa tak betah.
Kejadian ini juga dialami di Amsterdam Airport Schiphol yang terletak hanya 9 km sebelah barat daya dari pusat kota.
Amsterdam Airport menjadi bandara ketiga tersibuk di Eropa dan satu bandara tersibuk di dunia.
Dalam setiap tahunnya rata-rata lebih dari 63 juta penumpang melewati Schiphol dari sebanyak 479.000 penerbangan internasional.
Jumlah tersebut merupakan rata-rata dari sekitar 1.300 penerbangan setiap hari, atau hampir satu penerbangan setiap menit.
Dengan kata lain, Schiphol sangat sibuk dan sangat keras.
Ketika militer Belanda yang pertama membangun landasan di sini pada 1916, mereka memilih kawasan ini karena terletak di dataran rendah yang luas dan datar.
Selama beberapa dekade hamparan datar dari polder Haarlemmermeer menjadi satu daerah yang paling padat penduduknya Belanda dan kebisingan yang dihasilkan oleh bandara ini menjadi masalah yang menjengkelkan bagi warga sekitar.
Selama bertahun-tahun, warga mengeluhkan gencarnya gemuruhyang dihasilkan setiap kali sebuah pesawat lepas landas.
Apalagi tak adanya bukit di sekitar bandara membuat suara semakin keras terdengar, terutama ketika malam hari.
Bahkan ketika bandara ini membuka landasan pacu terpanjang pada 2008, suara pesawat sampai terdengar lebih dari 28 km.
Untuk mengatasi masalah kebisingan, pihak bandara membawa beberapa arsitektur untuk memecahkan masalah ini.
Ide untuk mengatasi malah kebisingan ini muncul dari sebuah kecelakaan.
Pada 2008, setelah berbagai upaya gagal untuk mengontrol kebisingan, pejabat Bandara Schiphol menemukan jika tanah yang subur antara landasan pacu dan pemukiman dibajak untuk menanam padi, kebisingan tiba-tiba turun.
Mereka kemudian menggali serangkaian pagar dan parit di sebelah barat daya dari bandara sampai melewati tepi landasan.
Dilansir TribunTravel.com dari laman amusingplanet.com, sekilas bentuknya seperti segitiga yang memanjang atau menyerupai pengunungan kecil.
Jumlahnya ada sekitar lebih dari 150 buah.
Akibat pembangunan pegunungan sederhana ini, tingkat kebisingan berkurang lebih dari setengahnya.
Landskap yang diberinama Paul De Kort memiliki luas mencapai 36 hektar.
Tak cuma bertujuan untuk mengurangi kebisingan, namun bentuk yang dihasilkan juga menjadi objek wisata menarik.
Apalagi setelah beberapa taman dibangun untuk mempercantik kawasan, membuat banyak wisatawan yang berkunjung.