Laporan Wartawan TribunTravel.com, Rizkianingtyas Tiarasari
TRIBUNTRAVEL.COM - Pesawat terbang identik dengan kru kabin, terutama pilot yang memainkan peran vital mengendalikan dan menerbangkan pesawat.
Tapi kini dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih, Boeing akan melakukan uji coba pesawat tanpa pilot dan serangkaian teknologi baru.
Dilansir dari laman dailymail.co.uk, pesawat jetliner ini sudah bisa lepas landas, terbang dan mendarat menggunakan komputer penerbangan onboard dan jumlah pilot di pesawat penumpang standar turun menjadi dua orang dari yang sebelumnya tiga.
Menurut Mike Sinnett, wakil presiden pengembangan produk Boeing, meskipun terdengar kurang masuk akal, tapi pesawat canggih ini telah meletakkan dasar teknologi masa depan.
Sinnett, yang juga seorang pilot, berencana menguji teknologi tersebut di simulator kokpit pada musim panas ini.
Dia mengatakan "di masa depan, terbang dengan pesawat akan ada kecerdasan buatan yang mengambil beberapa keputusan yang biasanya ditentukan oleh pilot."
Pesawat terbang tanpa pilot harus memenuhi standar keselamatan perjalanan udara, menurut Aviation Safety Network dalam sebuah briefing menjelang Airshow Paris.
Pesawat ini juga harus bisa meyakinkan regulator yang mengesahkan keamanan pesawat tersebut.
"Saya masih belum tahu bagaimana melakukan itu," kata Sinnett.
"Meskipun demikian, kami sedang mempelajarinya sekarang dan mengembangkan algoritmanya," katanya.
Maskapai penerbangan juga sangat mendukung gagasan tersebut, sebagian bertujuan untuk memenuhi perkiraan kebutuhan 1,5 juta pilot selama 20 tahun ke depan karena permintaan global untuk perjalanan udara terus meningkat.
Tapi sebuah pesawat tanpa pilot pun juga harus bisa mendarat dengan aman.
Boeing juga semakin dekat untuk menciptakan pesawat baru berikutnya untuk menyambung celah di lini produk antara pesawat berbadan sempit terlaris seri 737 dan Dreamliner 787 yang berukuran lebih besar.
Ini juga bertujuan untuk membawa jet baru ke pelanggan sekitar tahun 2025.
Setelah pembicaraan mendalam dengan hampir 60 pelanggan, disimpulkan bahwa pesawat berbadan lebar saat ini memiliki jangkauan yang terlalu lebar untuk sebagian besar rute yang bisa ditempuh dengan pesawat terbang berbadan sempit, Chief Executive Boeing Commercial Airplanes Kevin McAllister mengatakan dalam sebuah briefing terpisah.
"Ini adalah pasar yang tidak dapat dilayani oleh pesawat berbadan sempit - bukan oleh kita sendiri atau pesaing kita," katanya, mengacu pada Airbus saingannya.
"Rute itu memang bisa dilayani oleh pesawat berbadan lebar, tapi pertanyaannya adalah apakah bisa lebih efisien jika dilayani oleh pesawat yang ditargetkan?"