Laporan Wartawan TribunTravel.com, Rizkianingtyas Tiarasari
TRIBUNTRAVEL.COM - Di masa modern seperti sekarang ini, ada satu fungsi tato yang dipengaruhi oleh foto model dan selebriti, yakni untuk menarik lawan jenis.
Atau tato sering juga disebut sebagai bagian dari seni.
Namun tidak demikian bagi wanita suku Tharu, yang berasal dari Nepal tengah.
Dilansir dari laman dailymail.co.uk, wanita suku Tharu sengaja menggambari tubuh mereka supaya tidak dijadikan budak seks oleh anggota keluarga kerajaan negara tersebut.
Seorang wanita suku Tharu menceritakan latar belakang suram dari budaya tato suku tersebut kepada fotografer Omar Reda, ketika Omar sedang mengambil fotonya di kota Chitwan.
Tato menutupi hampir keseluruhan lengan, tangan, kaki, dan telapak kaki wanita tersebut.
Tato tribal, bersama dengan lukisan gua dan tubuh, dianggap sebagai salah satu bentuk seni tertua.
Beberapa desain tato Tharu berbentuk hewan atau benda sehari-hari, seperti sapu atau alat masak, sedangkan yang lain bisa berupa pola abstrak yang digabungkan untuk menampilkan dampak visual.
Simbol yang digunakan dalam tato terkadang memang memiliki arti khusus, tapi ada pula yang hanya berupa pola geometris.
Menurut Omar, desainer Libanon yang berbasis di Riyadh, satu di antara alasan kenapa mereka menato tubuhnya adalah untuk menghindari perbudakan seks.
Lebih lanjut lagi, berdasarkan hukum adat suku Tharu, tren tato mereka dimulai pada era Kerajaan Nepal ketika keluarga kerajaan akan mengunjungi desa mereka selama musim panas dan membawa gadis-gadis yang paling cantik sebagai budak.
Untuk menghentikan mereka, gadis-gadis suku Tharu mulai menato diri mereka dengan harapan bisa mengusir para penculik itu.
Belakangan ini, tato digunakan sebagai tanda penerimaan oleh masyarakat.
Menurut Omar. wanita yang tidak bertato dianggap tidak bisa diajak bicara, tidak bisa menikah, dan bahkan tidak bisa menyentuh benda-benda yang biasa digunakan oleh anggota suku, seperti makanan atau peralatan mereka.
Sedangkan alasan ketiga para wanita bertato itu bersifat spiritual, karena diyakini bahwa tato tersebut akan memungkinkannya masuk surga dalam wujud yang paling cantik.
Tetua suku Tharu menato para wanita menggunakan campuran minyak mustard dan kotoran sapi yang kemudian dimasukkan ke dalam kulit dengan duri dari pohon Neem.
Suku Tharu juga percaya tato merupakan obat, jika bagian tubuh tertentu mengalami rasa sakit yang konstan atau gagal sembuh, maka menato diatasnya akan memungkinkan 'darah buruk' keluar dan menyembuhkan luka.
Tato, yang dikenal sebagai leela dalam bahasa asli Tharu, dulunya sangat populer di kalangan pria dan wanita.
Tapi sekarang menjadi langka di kalangan anak muda karena mereka telah berinteraksi dengan suku-suku yang tidak bertato.