TRIBUNTRAVEL.COM - Kepulauan Raja Ampat di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat menjadi semacam destinasi wajib bagi para wisatawan.
Di sisi lain, banyak yang berniat singgah ke "surga dunia" itu namun urung dilakukan lantaran faktor biaya yang melebihi wisata ke luar negeri.
Calon wisatawan cenderung membandingkan jika mereka melakukan perjalanan ke Korea atau ke Thailand yang menurutnya lebih murah.
Apa benar Raja Ampat itu mahal?
"Sebenarnya soal mahal ini konotasinya harus dipisahkan."
"Dalam hal mahal, ambil contoh kalau ke Singapura kapan saja bisa, tapi ke Raja Ampat ini mahalnya dari nilai kenangannya," kata Bupati Raja Ampat Abdul Faris Umlati.
Bagi sebagian wisatawan, biaya perjalanan adalah faktor yang berpengaruh paling besar.
Pemerintah Kabupaten Raja Ampat mengakui masih terus berupaya untuk menekan biaya perjalanan tersebut.
"Setelah didukung penerbangan Wings Air kami agak lumayan untuk biaya perjalanannya, jadi ada udara, laut. Kalau dilihat potensinya drastis sekali," ucap Abdul Faris.
Untuk biaya perjalanan ke Raja Ampat dari Jakarta (PP), tiket pesawat maskapai Batik Air dari Bandara Soekarno-Hatta hingga Bandara Marinda di Raja Ampat sekitar Rp 5 juta dengan maskapai Batik Air.
Tiket itu berlaku weekdays dan weekend.
Sebelum sampai Raja Ampat, traveler akan pindah pesawat menggunakan Wings Air yang lebih kecil jenis ATR di Bandara Sam Ratulangi, Manado.
Kemudian, biaya penginapan di Raja Ampat untuk kamar kelas homestay dan hotel melati sekitar Rp 400.000 hingga Rp 550.000 per harinya.
Untuk resort lebih mahal lagi karena dapat wilayah di pinggir pantai.
Selanjutnya, jika traveler ingin berkeliling pulau dan menikmati snorkeling atau sebatas mengagumi keindahan alamnya cukup membayar Rp 4 juta per kapal untuk ke Teluk Kabui dan Rp 5 juta untuk ke Pianemo.
Kemudian untuk ke Wayag Rp 12 juta, Misool Rp 15-25 juta jika berangkat dari Sorong.
Biaya itu untuk dua-10 orang dan diberikan fasilitas tour guide serta perlengkapan snorkeling standar, seperti sepatu katak dan goggle untuk menyelam bebas.
Warga Waisai yang juga berprofesi sebagai tour guide dan kapten kapal, Husein Keldrac (38), mengakui wisata ke Raja Ampat mahal.
Ia pun menceritakan alasannya.
"Memang mahal, pastilah di sini sembako saja mahal, BBM mahal dan lain-lain. Kami bergerak di pariwisata, kan kelilingi pulau," kata Husein.
Bisa jadi murah
Meski mengakui biaya di Raja Ampat mahal, Husein menyinggung cara agar biaya tersebut bisa jadi turun.
Ia menunjuk harga BBM, khususnya solar, yang jadi penentunya.
"Kalau BBM naik jadi naik juga tarifnya, kalau turun juga turun tarifnya. Dulu ke Pianemo Rp 7 juta, sekarang jadi Rp 5 juta karena BBM turun," kata Husein.
Meski sudah melakukan penyesuaian tarif, masih ada saja yang menyebut ke Raja Ampat mahal.
Husein pun menilai hal itu wajar karena banyak juga wisatawan yang datang bukan orang yang pernah mampir.
"Kalau yang sudah pernah ke sini pasti tahu harganya seperti apa," ujarnya. (Kompas.com/Fidel Ali)