Laporan Wartawan TribunTravel.com, Ambar Purwaningrum
TRIBUNTRAVEL.COM - Kamu pasti tak asing melihat foto di atas.
Beberapa tahun silam sempat menjadi viral dunia.
Pada foto itu, terlihat seorang bocah yang mengalami busung lapar sedang mengerang kesakitan, sementara burung bangkai sudah menantinya.
Dilansir TribunTravel.com dari laman all-that-is-interesting.com, foto ini pertama kali diterbitkan oleh New York Times pada 1993.
Tak berapa lama kemudian, pembaca mulai bereaksi, mereka mengatakan, jika Kevin Carter, wartawan yang mengambil foto tidak manusiawi.

Bagaimana bisa dia tetap mengambil foto dan tak memedulikan bocah perempuan yang sedang kesakitan itu.
Kontroversi seputar foto semakin berkembang ketika beberapa bulan kemudian Carter memenangkan hadiah Pulitzer atas gambar yang dia ambil.
Tekanan besar dari masyarakat membuat pria itu depresi dan memutuskan mengakhiri hidupnya pada akhir Juli 1994.

Reaksi negatif dunia terhadap apa yang dilakukan Carter memang tak salah, namun apa yang dilakukan pria itu sebenarnya memiliki maksud mulia.
Carter dibesarkan di Afrika Selatan selama sistim apartheid terjadi negara itu.
Dia menjadi wartawan foto karena merasa perlu mendokumentasikan bagaimana pergesekan antara orang kulit hitam dan putih di negaranya.
Bergabung bersama beberapa jurnalis foto lainnya, Carter mengambil tindakan untuk mendapatkan gambar terbaik.
Sebuah surat kabar Afrika Selatan menjuluki kelompok jurnalis ini dengan sebutan Bang-Bang Club.

Pada saat itu, fotografer menggunakan istilah 'bang-bang' merujuk pada tindakan pergi ke kota-kota Afrika Selatan untuk menutupi kekerasan ekstrem terjadi di sana.
Hanya dalam beberapa tahun, Carter melihat pembunuhan yang tak terhitung jumlahnya.
Mulai dari pemukulan, penusukan, tembakan, praktek biadab di mana ban yang diisi dengan minyak ditempatkan di sekitar leher korban dan api dinyalakan.
Carter mengambil tugas khusus di Sudan, saat ia mengambil foto burung bangkai yang terkenal.
Dia menghabiskan beberapa hari berkeliling desa penuh orang-orang kelaparan.
Sementara itu, ia dikelilingi oleh tentara Sudan bersenjata yang berada di sana untuk menjaganya agar tak ikut campur.
Foto-foto di bawah ini adalah bukti jika bahkan jika ia sebenarnya hendak menolong gadis kecil yang hampir sekarat, tapi tentara bersenjata melarangnya.

Dia tak mampu berbuat apapun untuk bisa menolong sang bocah sehingga memutuskan untuk memotretnya.
Usai memotret, dia langsung mengusir burung bangkai itu.
Sayang, pandangan masyarakat terhadap foto yang dia tunjukkan itu malah berkata lain.
Mereka justru mengatakan jika tindakan Carter itu tak berperikemanusiaan.

Kenyataannya, pekerjaan yang dilakukan Carter tidaklah mudah.
Dia harus mengonsumsi narkoba untuk mengatasi kengeriaan akan kondisi masyarakat dan kondisi perang di Afrika Selatan.
Bagaimana dia harus berusaha tetap tenang mengambil gambar meski kematian ada di balik kamera.
Meski saat itu, dia berniat merubah hidup ketika memenangkan Pulitzer, tapi kenyataannya tekanan dunia justru membuatnya semakin depresi.
Carter akhirnya memutuskan bunuh diri dengan mengurung dirinya di mobil yang dipenuhi asap karbon monoksida dari pipa knalpot.

Beberapa tahun setelah kematiannya, dunia mulai sadar jika beberapa foto dokumentasi milik Carter memiliki maksud lain.
Foto itu membuat dunia sadar akan adanya kelaparan parah yang terjadi di Sudan.
Apa yang sudah dilakukan Carter akhirnya dituangkan dalam sebuah film berjudul The Death of Kevin Carter: Casualty dari Bang-Bang Club yang dinominasikan pada tahun 2006 untuk Academy Award sebagai film dokumenter terbaik