Breaking News:

Wisata Temanggung - Jauh dari Keriuhan Kota, Air Umbul Jumprit Selalu Dipakai untuk Air Suci Waisak

Gerbang candi berarsitektur kuno menyambut setiap tamu yang hendak memasuki sendang dan petilasan Jumprit.

Editor: Sinta Agustina
Tribun Jateng/Sulis
Pengambilan air suci Waisak di Sendang Jumprit. 

TRIBUNTRAVEL.COM - Gerbang candi berarsitektur kuno menyambut setiap tamu yang hendak memasuki sendang dan petilasan Jumprit. Beberapa monyet ekor panjang berkeliaran bebas, suasana rindang dan sejuk.

Sendang Jumprit ini dikenal tak pernah kering, termasuk saat musim kemarau. Airnya jernih dan dingin.

Lokasi sendang dan petilasan hanya berjarak sekitar 50 meter dari loket pintu masuk dan tempat parkir.

“Air sendang Jumprit berasal dari mata air dan tetesan dari rembesan tebing yang ada di atasnya. Tepat di samping sendang, terdapat petilasan yang di dalamnya berisi dua buah patung dan beberapa dupa dan bunga sebagai persembahan,” ujar Suyoko, petugas KRPH Kwadungan, BKPH Temanggung.

Wana wisata Jumprit terletak di lereng Gunung Sindoro, tepatnya di Dukuh Jumprit, Desa Tegalrejo, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.

Lokasi ini berada di ketinggian sekitar 1.300 meter di atas permukaan laut. Berjarak sekitar 5,3 Km dari pusat Kecamatan Ngadirejo, atau 25 Km dari pusat Kabupaten Temanggung.

Dalam pengelolaannya berada di Perum Perhutani KPH Kedu Utara, yakni masuk dalam petak 8A RPH Kwadungan BKPH Temanggung dengan luas 1,6 Ha.

Suasananya tenang. Sendang ini lebih dikenal sebagai tempat bersemedi maupun kungkum. Biasanya dilakukan setelah lewat tengah malam.

Namun, bukan berarti datang ke sini khusus untuk melakukan kegiatan ritual.

Pesona alam hutan yang masih hijau menjadi alasan untuk menepi sejenak dari keriuhan hidup di perkotaan.

2 dari 3 halaman

Masuk ke wana wisata Jumprit, pengunjung dikenakan biaya tiket masuk sebesar Rp 10 ribu.

“Disarankan untuk tidak membawa kantong plastik yang berisi makanan, karena akan mengundang kera-kera yang tinggal di sekitar sana untuk merebutnya,” tambah Suyoko.

Menggunakan kendaraan pribadi lebih efisien jika ingin menuju ke lokasi ini, dikarenakan aksesnya yang tidak dilalui angkutan umum.

Kawasan Jumprit berada di jalur strategis, yaitu jalur wisata Borobudur-Dieng, Semarang-Bandungan-Dieng, serta dari berbagai arah dengan kemudahan aksesibilitas, baik dari Wonosobo, Kendal, maupun Yogyakarta.

Jalur yang dilalui jika dari pusat Kecamatan Ngadirejo sudah di aspal halus, namun masih ada beberapa lubang.

Dalam kisah legenda, sendang dan tempat petilasan Jumprit digunakan oleh Pangeran Singonegoro asal kerajaan Majapahit.

Cerita singkatnya, saat Majapahit berperang melawan Kerajaan Demak dan akhirnya harus kalah dengan Demak, pangeran Singonegoro beserta istri dan kedua pengawalnya diajak untuk bertapa di petilasan Jumprit.

Tidak jauh dari petilasan, terdapat makam sang pangeran dan istrinya yang sampai sekarang masih dikeramatkan.

Di kawasan petilasan dan sendang ini, terdapat ratusan monyet ekor panjang, yang dipercaya sebagai keturunan dari Ki Dipo, yakni monyet peliharaan Pangeran Singonegoro yang bisa berbahasa manusia.

Setiap tahun, mata air Umbul Jumprit menjadi tempat mengambil air untuk keperluan Waisak di Candi Borobudur. Airnya dinilai memiliki kualitas spiritual yang baik.

3 dari 3 halaman

Biasanya, tiga hari sebelum perayaan Waisak di Candi Borobudur, Sangha mengambil air dari Umbul jumprit untuk digunakan dalam ritual. (Tribun Jateng/Faisal Affan)

Selanjutnya
Sumber: Tribun Jateng
Tags:
TemanggungGunung SindoroJawa Tengah
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved