Breaking News:

Hadehl! Gara-gara Lakukan Ini Setelah Makan di Jepang, Turis Asal Indonesia Bikin Heboh Sosial Media

Siapa saja yang bekunjung ke Jepang pasti melihat semua tertata rapi. Orang Jepang memang terkenal dengan kebersihan lingkungan mereka.

Facbeook/Tyas Palar

TRIBUNTRAVEL.COM - Siapa saja yang bekunjung ke Jepang pasti melihat semua tertata rapi.

Orang Jepang memang terkenal dengan kebersihan lingkungan mereka.

Kebersihan mereka tidak hanya dilakukan di rumah namun juga di rumah makan atau restoran yang mereka kunjungi.

Seperti banyak orang Barat, orang Jepang juga selalu membersihkan nampan makanan di mejanya.

Mereka membersihkan meja makan mereka sendiri setelah makan.

Itu untuk memberi kenyamanan pelanggan berikutnya.

Namun, sayangnya itu tidak terjadi di Indonesia.

Kebiasaan di Indonesia khususnya di tempat makan atau restoran, para karyawan yang membersihkan makanan para pelanggan.

Itu sudah kebiasaan di Indonesia meninggalkan meja makan yang kotor selanjutnya dibersihkan oleh para karyawan.

Baru-baru ini, ada kisah yang diceritakan oleh akun Facebook Tyas Palar.

2 dari 4 halaman

Netizen tersebut menunjukan sebuah kisah yang sangat miris.

Tyas palar menuliskan kisahnya saat berada di terminal keberangkatan Bandara Haneda, Tokyo, Jepang.

Saat ingin kembali ke Jakarta, ia menemukan turis Indonesia membuat sedikit kekacauan setelah sarapan di tempat publik.

Turis Indonesia tersebut meninggalkan bekas makannya di meja setelah makan.

Melansir dari Coconut.co, Tyas berspekulasi turis Indonesia ini pasti berpikir ada petugas kebersihan yang membersihkan meja makan.

Dia berada di area tersebut selama 30 menit namun tidak ada petugas kebersihan yang membersihkan bekas makan tersebut.

Kecerobohan turis Indonesia tidak berakhir sampai disitu saja.

Dua pria Indonesia yang duduk di meja disampingnya juga melakukan hal yang sama.

Kali ini Tyas Palar mencoba menegurnya dan menunjukan mereka tong sampah.

"Terus kenapa? Nanti juga ada yang beresin!" tutur seorang pria yang ditegur Tyas.

3 dari 4 halaman

Tyas mengatakan kepada mereka bahwa tidak ada pembersih, jika tidak seseorang akan membersihkan nampan makanan yang ditinggalkan oleh kelompok wisatawan Indonesia lainnya.

Akhirnya, salah satu dari mereka mengambil sampah mereka dan membuangnya di tempatr sampah.

Postingan Tyas ini sudah dibagikan lebih dari 2.620 netizen.

Banyak yang mengangap turis di Indonesia itu kampungan.

Semoga saja turis Indonesia bisa berperilaku baik untuk reputasi Indonesia di mata dunia.

Begini postingan Tyas Palar selengkapnya.

Minggu lalu saya akan terbang kembali ke Jakarta melalui Bandara Haneda, Tokyo. Oleh karena hari masih pagi, saya dan ibu sarapan terlebih dahulu di deretan restoran di lantai di atas lantai check-in. Saya dan ibu memilih makan di deretan meja dan kursi publik, bukan bagian dari restoran mana pun. Hal ini memang dibolehkan. Jadi kita bisa memesan makanan dari restoran mana pun di sekitar situ dan membawanya untuk disantap di area publik tersebut.

Di sekitar kami ada beberapa kelompok turis Indonesia yang juga sedang makan. Saya tidak begitu memperhatikan, sampai saya berjalan ke salah satu restoran untuk memesankan kopi untuk ibu saya. Salah satu rombongan turis Indonesia itu telah pergi, menyisakan meja yang berantakan seperti yang saya foto. Bukannya membuang sampah sendiri ke meja makan dan mengembalikan baki ke restoran awal seperti seharusnya. Mungkin mereka berpikir ini seperti di Indonesia, akan ada pelayan atau petugas yang membersihkan. Padahal tidak ada. Sampai lebih dari setengah jam kemudian ketika saya dan ibu akhirnya meninggalkan tempat tersebut, tidak ada yang membereskan meja mereka. Karena memang sebetulnya tidak ada petugasnya. Dan padahal, meja rombongan ini hanya beberapa meter jauhnya dari deretan tempat sampah!

(Kemarin-kemarin selama di Jepang, apa mereka tidak memperhatikan seperti apa seharusnya berperilaku di Jepang? Apa sibuk foto-foto untuk Instagram saja?)

Dan perhatikan deh.. rombongan turis ini bahkan tidak merapikan peralatan makan bekas dan sampah mereka ke atas baki. Teman saya, seorang mahasiswi Indonesia yang belajar di Jepang dan bekerja sambilan sebagai pramusaji, mengeluh, "Yang seperti ini paling merepotkan, bikin lama, karena pelayan harus membereskan dulu ke atas baki." Calon orang yang duduk berikutnya juga kesulitan untuk sekedar meminggirkan saja baki-baki tersebut, karena kalaupun baki dipinggirkan, tetap ada sampah yang bertebaran di atas meja. Walhasil, meja-meja itu tidak digunakan orang sampai saya dan ibu pergi.

4 dari 4 halaman

Masih ada hal dahsyat yang terjadi sesudah itu. Di samping saya dan ibu, duduk dua laki-laki Indonesia. Sudah berumur Pak, Bu, lebih tua dari saya. Bukan anak kecil yang masih harus diajari. Mereka rupa-rupanya mau pindah ke meja lain di mana teman mereka, seorang perempuan, duduk. Salah seorang laki-laki itu berdiri, melangkah menjauh, meninggalkan serpihan sampah berupa robekan kertas pembungkus sedotan, bon, dan entah apa lagi di atas mejanya.

Saya panggillah dia, “Mas, tempat sampahnya di sana.”
Dia berputar menghadap saya, dengan senyum mengejek berkata, “Terus kenapa? Nanti juga ada yang beresin!”
Laki-laki dewasa Pak, Bu, punya uang untuk jalan-jalan ke Jepang, bereaksi begitu!
Tapi kalau dia kira saya bakal kalah, dia keliru. Saya tetap menunjuk sampah di meja yang ia tinggalkan, “Nggak ada yang beresin. Lihat itu dari tadi meja-meja itu nggak ada yang beresin.” Karena ada ibu, saya masih tahan deretan kata-kata yang ingin saya berondongkan kepadanya.

Akhirnya ia kalah, memunguti dan membawa sampahnya, tetap dengan wajah tidak rela.
Lalu pindah mejanya ke mana? Ke meja di samping tempat sampah! Kok ya tadi mau bawa sampah sendiri saja susah betul ya padahal ternyata pindahnya ke situ? Benar-benar ‘malu-maluin’.

Kenapa ya, banyak orang Indonesia, kelas menengah dan berduit sekalipun (yang dalam harapan kita tentunya lebih terdidik dan tahu adat), yang susah tertib? Padahal tertib itu sesungguhnya memudahkan bagi diri kita sendiri dan juga semua orang. (Dalam kasus makan di tempat publik ini, orang berikutnya dapat langsung menggunakan meja dalam keadaan bersih. Bayangkan kalau ini terjadi pada kita, sedang kesulitan cari meja untuk makan, eeeeh semua meja kotor dan berantakan!)

Sering menghina atau menertawakan turis Mainland yang kelakuannya 'barbar'? Awas, bisa-bisa turis dari negara kita menjadi 'turis Mainland' berikutnya, jorok dan tidak tahu aturan. Yuk, tetap jaga ketertiban dan kebersihan di mana pun kita berada. Yes, termasuk di Indonesia sendiri! Jangan tunggu ke negara lain baru tertib dan taat aturan!

Semoga postingan Tyas Palar ini bisa menyadarkan masyarakat Indonesia.

(TribunTravel.com/Arif Setyabudi)

Selanjutnya
Tags:
IndonesiaJepangHanedaFacebook
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved