TRIBUNTRAVEL.COM - Erlangga S Negoro, seorang pengamat mode dan penata gaya, berkata bahwa aksen sobek-sobek atau distressed pada jeans selalu ada setiap musim.
Namun, tahukah awal mula aksen yang kini menjadi obsesi orang Indonesia tersebut?
Diungkapkannya melalui telepon yang diterima Kompas.com pada Selasa (11/4/2017), Erlangga menjelaskan bahwa gaya tersebut menjadi populer di era 80-an.
“Awalnya memang pada era 80-an dan dipopulerkan sebagai street style oleh grup-grup rhythm and blues (R&B). Grup rock pada tahun 80-an itu justru (pakainya) kulit,” ujarnya.
Gaya sobek-sobek tersebut kemudian berlanjut ke era 90-an dan dipakai oleh masyarakat pada masa itu secara umum.
Akan tetapi, makna penggunaan aksen sobek-sobek pada era 90-an ini berbeda dari era 80-an.
Menurut Erlangga, gaya busana era 80-an itu meletup, norak, dan banyak warna.
Aksen sobek-sobek pada era tersebut digunakan untuk menarik perhatian dan mengagetkan publik.
Sementara itu, era 90-an yang berkarakter grunge justru menyukai busana-busana dasar yang terkesan seadanya sebagai ekspresi anti-fashion.
“Nah, grup band Nirvana dan Green Day pakai celana jeans sobek-sobek karena mereka anti-fashion. Jadi, mereka konser tapi enggak mau kelihatan heboh, pokoknya gue maunya kelihatan sama kayak penonton gue yang comfort aja,” katanya menjelaskan. (Kompas.com/Shierine Wangsa Wibawa)