TRIBUNTRAVEL.COM - Walaupun kinerja operasi selama 2016 naik, laba Garuda Indonesia mengalami penurunan.
Hal ini dikarenakan beban biaya yang besar serta yield yang semakin menurun dari tahun ke tahun.
Laba bersih Garuda group (Garuda dan Citilink serta anak perusahaan lain) di tahun 2016 sebesar 9,36 juta dolar AS.
Jumlah ini menurun cukup jauh yaitu 88 persen jika dibandingkan laba bersih yang didapat maskapai ini tahun 2015 lalu yaitu 78 juta dolar AS.
Penurunan keuntungan ini disebabkan biaya yang membengkak, terutama untuk biaya rental dan carter pesawat serta asuransinya.
Untuk biaya carter dan rental pada tahun 2016 lalu lebih dari 1 miliar dolar AS.
Meningkat 11,8 persen dibandingkan tahun 2015 yang hanya 904 juta dolar AS.
Meningkatnya biaya carter ini karena meningkatnya pesawat yang dioperasikan.
Pada tahun 2016 lalu, Garuda group menerima 16 pesawat berbagai jenis.
“Selain itu, juga dipengaruhi yield yang menurun. Tren penurunannya cukup signifikan, dari USC 9,6 per km pada tahun 2012 menjadi USC 6,2 per km di tahun 2016. Yield ini tentu saja mempengaruhi harga jual tiket kita yang juga menurun nilainya,” ujar Direktur Utama Garuda Indonesia M. Arif Wibowo sesaat setelah acara analyst meeting di kantor pusat Garuda, hari ini, Rabu (22/3/2017).
garuda Analyst Meeting GIAA 1Secara group, baik Garuda maupun Citilink sebenarnya mampu mengangkut jumlah penumpang lebih banyak dari tahun sebelumnya.
Garuda tahun 2016 mengangkut 23,9 juta penumpang atau naik 1,4 persen dari tahun sebelumnya yang 23,6 juta penumpang.
Sementara Citilink mampu mengangkut 11,1 juta penumpang atau naik 18,2 persen dari tahun sebelumnya 9,4 juta penumpang.
Untuk Citilink sendiri bahkan mengalami kerugian besar yaitu 974.500 dolar AS.
Padahal pada tahun 2015, maskapai ini membukukan keuntungan 356.200 dolar AS.
“Kerugian Citilink lebih banyak dipengaruhi karena biaya mendatangkan pesawat,” ujar Arif. (Angkasa.co.id/Gara)