Laporan Wartawan TribunTravel.com, Sinta Agustina dari Davao, Filipina
TRIBUNTRAVEL.COM, DAVAO - "Hi! Welcome to Davao, this is my city," kata Edith Ging Zaragosa Caduaya menyambut TribunTravel.com di Davao International Airport, Davao, Filipina, Kamis (16/3/2017).
Edith merupakan wartawan senior di Kota Davao yang saat itu menjadi tour guide "dadakan" untuk TribunTravel.com selama di Davao.
Ransel yang kami bawa sudah masuk ke dalam mobil van yang telah disiapkan Edith untuk menjemput kami di bandara.
Kendaraan roda empat tersebut kemudian berjalan membelah senyapnya Kota Davao saat malam hari.
Bagaimana tidak, waktu sudah menunjukkan pukul 10 waktu setempat, tak heran jika jalanan mulai lengang.
"Bagaimana penerbangannya? Kalian baik-baik saja kan?" tanya Edith memecah keheningan dalam mobil.
Karena sudah terlampau lelah dan lapar, kami hanya menjawab satu dua pertanyaan Edith.
"Kita makan malam dulu ya!" seru Edith kepada kami, rupanya wanita berambut pendek itu tahu kalau kami sedang kelaparan.
Tak lama, mobil yang kami tumpangi sampai di sebuah restoran bernama Marina Tuna.
Saat tiba di depan restoran kami terheran, resto tersebut sudah tutup, namun masih mau menerima pelanggan.

"Restoran ini sebenarnya sudah tutup karena sudah malam, tapi khusus untuk kalian, restoran ini akan dibuka," kata Edith sembari menunjukkan tulisan "close" pada pintu restoran.
Benar saja, saat TribunTravel.com masuk ke dalam restoran, sejumlah pramusaji langsung menyiapkan makanan.
"Bagaimana bisa kamu melakukan ini, Edith?" kata kami penasaran, yang hanya dijawab dengan senyuman.
Rupanya Edith telah memesan beberapa menu sebelum kami sampai di restoran yang menyajikan hidangan berbahan dasar ikan tuna tersebut.
Restoran ini, kata Edith, menyajikan makanan yang berbahan dasar ikan tuna, mulai dari tuna goreng, tuna panggang, hingga sup tuna.
"Ini, kalian harus coba, ini sangat lezat!" kata Edith menyuruh kami mencicipi tuna panggang.
Dengan masih terheran karena restoran yang tutup masih bisa menerima tamu, kami menghabiskan menu yang tersaji.
Menuju Magsaysay Street
Meski perut sudah terisi penuh, namun Edith masih ingin mengajak kami mencicipi durian, yang menjadi ciri khas Davao selain pantai-pantainya yang menawan.
Davao merupakan kota penghasil durian, di mana durian Davao juga dibudidayakan untuk kebutuhan ekspor.
Bahkan, setiap tahunnya kota ini menyelenggarakan Kadayawan Festival, di mana saat festival tersebut berlangsung siapapun bisa makan durian sepuasnya.
Mobil yang kami tumpangi memasuki sebuah jalan yang cukup ramai dan terlihatlah deretan penjual durian di tepi jalan.

"Namanya Magsaysay Street, di sini mereka berjualan 24 jam," kata Edith sambil memilih salah satu meja untuk kami tempati.
Tak lama, tiga buah durian berukuran cukup besar diantar ke meja kami.
Saat kulitnya dibuka, terciumlah aroma durian yang membuat siapapun ingin menyantapnya.

Kami pun dengan sigap mengambil sebiji demi sebiji durian hingga hanya menyisakan sebuah durian karena perut kami sudah terlampau kenyang.
Hari itu, makan malam di Kota Davao ditutup dengan durian khas Davao yang begitu legit.