Laporan Wartawan TribunTravel.com, Ambar Purwaningrum
TRIBUNTRAVEL.COM - Indonesia memang menakjubkan.
Negeri kepulauan yang membentang dari Sabang sampai Merauke ini tak hanya kaya akan destinasi, tradisi, dan kuliner.
Tapi juga kaya akan suku bangsa.
Ada lebih dari dari 1.340 suku bangsa menurut sensus BPS pada 2010 silam.
Meski sebagian besar sudah tersentuh teknologi, namun beberapa di antaranya masih bertahan dengan tradisi lama.
Suku Anak Dalam atau biasa dikenal Kubu menjadi satu suku terasing yang anggotanya masih sedikit tersentuh pengaruh modernitas.

Anggotanya ada sekitar 900 sampai 1.000 yang tersebar di Biosfer Taman Nasional Bukit Dua Belas, Jambi.
Jumlah anggota tak pernah berubah selama beberapa dekade karena angka kematian dan kelahiran selalu berbanding sama.
Dikutip TribunTravel.com dari laman indonesia-tourism.net ada 3 legenda terkait asal-usul Suku Kubu.
Versi pertama menyebutkan jika mereka berasal dari Sumatera Barat.

Konon mereka adalah orang-orang yang melarikan diri karena tidak mau dijajah Belanda.
Versi kedua mengatakan, Suku Kubu merupakan tentara yang tersesat.
Konon pada masa Kerajaan Jambi yang diperintah oleh Putri Selaras Pinang Masak.
Kerajaan diserang oleh Orang Kayo Hitam dan membuat Jambi kewalahan.
Sang Ratu meminta bala bantuan kepada Raja Pagaruyung.
Raja segera mengirimkan pasukan ke Jambi melalui jalan darat menyusuri hutan belantara.
Sayang mereka kehilangan arah dan makanan.
Akhinya prajurit itu memutuskan untuk tinggal di hutan.
Dan versi terakhir menyebutkan jika Orang Kubu merupakan keturunan Bujang Perantau dan Puteri Buah Gelumpang.
Suku ini dikenal akan kehidupannya yang nomaden.
Mereka biasanya akan pindah jika ada anggotanya yang meninggal.

Meski mereka dikenal suka berburu, namun orang Kubu cepat beradaptasi dengan lingkungan.
Mereka dikenal suka membantu petani ketika berladang.
Suku ini juga suka mengumpulkan madu, rotan, dan bahan hutan lainnya untuk ditukarkan dengan bahan makanan.
Walau dikenal ramah terhadap orang luar, namun suku ini menolak untuk hidup di desa atau pemukiman.
Bagi mereka hutan menjadi tempat yang sempurna untuk bisa menikmati hidup dengan bebas.
Mereka mau membantu orang di luar suku tapi tak ingin menjadi bagian di dalamnya.
Ini lah potret suku yang menolak modernitas demi hidup bebas.