TRIBUNTRAVEL.COM - Ular laut yang terkenal berbisa menjadi begitu jinak dan mudah sekali disentuh di Pulau Ular.
Keunikan dan 'keramahan' ular-ular laut inilah yang kemudian menjadi daya tarik utama pulau yang berada di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, tersebut.
Pulau tersebut sebetulnya merupakan sebuah batu karang seluas sekitar 800 meter persegi yang berjarak kurang lebih 500 meter dari bibir pantai di Desa Pai, Kecamatan Wera.
Karena batu karang ini menjadi habitat bagi ratusan, bahkan ribuan ular laut (Laticauda colubrina), warga sekitar menamainya Pulau Ular.
Belum ada data akurat mengenai jumlah pengunjung ke Pulau Ular.
Sebab, sejak tahun 1990-an, ketika Pulau Ular menjadi obyek wisata, pengelolaannya dipegang warga sekitar tanpa pembukuan yang rapi.
Perjalanan menuju Pulau Ular memakan waktu kurang dari lima menit.
Selama perjalanan itu, wisatawan disuguhi pemandangan Gunung Sangeang di sebelah utara.
Sayang karena gerimis, Gunung Sangeang tertutup kabut.
Jika cuaca cerah, Pulau Banta atau Gili Banta (NTB) dan Pulau Komodo (Nusa Tenggara Timur) di bagian tenggara juga akan jelas terlihat.
Air laut di sekitar Pulau Ular itu jernih sehingga terumbu karang di bawahnya bisa terlihat dari atas perahu.
Rabu (11/1/2017). |KOMPAS/HERPIN DEWANTO PUTRO
Pengalaman Tak Terlupa
Ketika menjejakkan kaki di Pulau Ular, rasa cemas mulai bercampur aduk dengan rasa penasaran.
Cemas karena menyadari, ada ribuan ular berbisa di pulau itu dan penasaran karena tidak ada satu pun ular yang terlihat.
Namun tenang, warga akan memberikan ular yang boleh dan dapat dipegang wisatawan.
Wisatawan dianjurkan memegang ular laut itu setelah ular itu dipegang warga sekitar.
Nelayan juga tidak serta-merta menyodorkan ular itu kepada wisatawan karena mereka paham, tak semua orang berani mendekati ular.
Bagi mereka yang berani memegang ular, pengalaman tak terlupakan segera dirasakan.
Ketegangan menguasai pikiran pada menit-menit pertama ketika ular itu merambat pelan di pergelangan tangan.
Ular itu juga seolah tak merasa terganggu.
Meski demikian, bagi mereka yang takut ular, memperhatikan ular dan menikmati pemandangan di pulau ini sudah cukup mengasyikkan.
Utamanya lagi, tak pernah ada cerita orang digigit ular di sini.
Mitos
Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, Rabu (11/1/2017). |KOMPAS/HERPIN DEWANTO PUTRO
Perilaku unik ular-ular itu pun kemudian dijelaskan oleh warga sekitar melalui sebuah mitos.
Seorang nelayan, Hidman menuturkan, Pulau Ular itu konon merupakan sebuah kapal Portugis yang terbalik.
Ular-ular laut itu merupakan awak kapal yang terperangkap.
Warga kemudian beranggapan, ular itu jinak karena merupakan jelmaan manusia.
Awalnya, kata Hasan, warga sekitar juga takut menginjak Pulau Ular.
Namun, pada tahun 1990-an, ada empat pemuda yang nekat mengunjungi pulau itu.
Mereka terkejut karena ternyata ular-ular itu tidak menggigit ketika dipegang.
Kabar itu tersiar dan semakin banyak orang yang berani ke pulau itu.
Bagaimana dengan keselamatan ular-ular itu?
Hasan, nelayan lainnya menuturkan, ada cerita lain lagi untuk dijadikan peringatan bagi wisatawan.
Cerita itu mengisahkan tentang orang-orang yang membawa ular itu ke luar Pulau Ular.
Tiga hari kemudian, orang tersebut celaka dan meninggal.
Cerita-cerita itu biasanya disampaikan para nelayan saat mengantar para wisatawan.
Selain mengantar wisatawan, para nelayan ini juga piawai menjadi pemandu wisata.
Menurut Hasan, Pulau Ular merupakan harapan mereka untuk mendapatkan penghasilan di luar mencari ikan.
Potensi Wisata Unggulan
Bagi Pemerintah Kabupaten Bima, Pulau Ular merupakan potensi wisata andalan.
Lokasinya sangat strategis di dekat destinasi populer seperti Pulau Komodo.
Pulau Ular juga terletak di dekat Pelabuhan Sape yang merupakan pintu dari Pulau Sumbawa menuju ke wilayah Nusa Tenggara Timur.
”Pulau Ular ini menjadi bagian dari paket zona wisata Pesona Sangeang. Rencana induknya sedang kami susun,” kata Kepala Subbagian Informasi dan Pemberitaan Pemerintah Kabupaten Bima Ruslan.
Meski menjadi potensi wisata unggulan, Pulau Ular masih kurang tertata.
Belum ada sarana pendukung di obyek wisata itu.
Satu-satunya penanda hanyalah sebuah gapura bertuliskan ”Obyek Wisata Pulau Ular” sebagai pintu masuk di pinggir Jalan Wera-Sape.
Wisatawan sebaiknya juga membawa bekal makanan karena tidak ada warung makan di kawasan itu.
Sekitar 10 kilometer sebelum mencapai Pulau Ular, wisatawan yang datang dari arah Sape harus melalui jalan yang rusak di perbukitan.
Dari Kota Bima, dengan melintasi Jalan Lintas Bima-Sape, wisatawan bisa menempuh jarak sekitar 70 kilometer selama sekitar 3 jam untuk mencapai Pulau Ular. (KOMPAS/HERPIN DEWANTO)