Laporan Wartawan TribunTravel.com, Sinta Agustina
TRIBUNTRAVEL.COM - Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki lebih dari 17.000 pulau, baik pulau besar maupun gugusan kepulauan.
Maka tak heran jika Indonesia menyimpan ragam budaya dan suku bangsa, yang menjadikannya memiliki bermacam-macam kearifan lokal.
Keragaman kearifan lokal ini juga melahirkan kebiasaan yang beragam pula, termasuk salah satunya budaya mempercantik diri bagi wanita.
Memang, konsep cantik bagi sebagian orang bukan karena warna kulit ataupun tatanan rambut.

Bagi sejumlah suku bangsa di Indonesia, cantik justru terlahir dari bentuk fisik yang unik.
Salah satunya masyarakat Suku Belu di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur.
Bagi masyarakat Suku Belu, tato yang dipasang di kulit menjadi penanda kecantikan.
Selain itu, wanita yang memiliki tato menandakan sudah memasuki usia dewasa.
Oleh sebab itu, wanita masyarakat Belu memasang tato pada usia remaja menginjak dewasa.
Biasanya tato akan dibuat di kaki dan tangan dengan motif bunga ataupun motif berulang yang sering ditemukan pada motif kain tenun.
Ada juga motif sesuai permintaan, misalnya inisial nama.
Pembuatan tato pun tidak sembarangan dilakukan, melainkan harus melalui prosesi adat.

Biasanya tato dibuat saat menghadiri suasana duka jika ada kematian sanak keluarga.
Pembuatan tato dilakukan pada malam hari saat para pelayat terjaga sepanjang malam di rumah duka.
Prosesnya pun cukup panjang.
Awalnya harus dibuat pola di kulit dengan menggunakan lidi yang dibasahi air.
Selanjutnya pola tersebut dibuat permanen dengan menggunakan duri pohon maja.
Untuk tinta tato diambil dari endapan asap pelita yang mengumpul di loteng rumah penduduk.
Uniknya, meskipun bahan tato bukan berasal dari tinta, namun tato tidak mudah memudar bahkan hingga usia tua.

Sayangnya saat ini budaya mentato kulit di Suku Belu sudah memudar.
Namun tato masih bisa ditemukan pada kulit wanita-wanita lansia masyarakat Suku Belu.