Laporan Wartawan TribunTravel.com, Rizky Tyas
TRIBUNTRAVEL.COM - Apakah kamu pernah berpikir jika warna dapat digunakan sebagai alat penyiksaan?
Rupanya, warna sebagai alat penyiksaan benar-benar ada.
Kamar berwarna putih dianggap sebagai satu bentuk penyiksaan paling berbahaya yang bisa mengakibatkan penderitaan mental.
Meskipun metode penyiksaan ini telah digunakan selama beberapa dekade, tapi cara ini menjadi populer baru-baru ini setelah banyak digunakan di Iran.
Dirangkum TribunTravel.com dari laman Unbelieveable-Fact, berikut fakta tentang metode penyiksaan yang disebut "white room" yang dikenal sangat mengerikan.
1. Ruangan putih adalah bentuk penyiksaan psikologis yang bisa mengisolasi penuh dan mengurangi sensorik dari para tahanan
Kamar penyiksaan putih melibatkan orang yang tinggal di sel tahanan atau ruangan yang seluruhnya benar-benar berwarna putih.
Tak cuma itu, seprei, selimut, pakaian penjara, lampu, serta segala sesuatu yang ada di dalam sel dan di luarnya semua berwarna putih.
Bahkan, makanan yang disajikan juga serba putih, yaitu nasi putih.
Tidak hanya melalui warna, tetapi juga lingkungan yang benar-benar bisu.
Tahanan di isolasi dan tidak dapat berbicara dengan siapa pun.
Bahkan untuk menggunakan toilet, tahanan harus menyelipkan selembar kertas putih dari bawah pintu ke penjaga.
Sandal dari para penjaga dibuat sangat empuk sehingga napi tidak bisa mendengar suara, bahkan gesekan sandal sekali pun.
2. Seperti yang terlihat, ruang putih penyiksaan tidak ada hubungannya dengan pemukulan, kekerasan, atau rasa sakit
Namun demikian, hal itu lebih buruk.
Otak dan mentallah yang dipukuli dengan sangat buruk, bahkan tanpa menyentuh.
Tujuan dari jenis hukuman ini biasanya untuk menanamkan rasa takut di tahanan meskipun hasilnya jauh lebih berbahaya dari sekadar 'rasa takut.'
Proses ini membuat tahanan kehilangan identitasnya.
Hal ini bisa membuatnya tidak ingat siapa dirinya dan siapa pun dari keluarganya.
Selain itu, mereka dikondisikan agar memiliki ketakutan pada warna putih.
3. Di zaman modern ini, ruang penyiksaan putih digunakan Garda Revolusi Iran di sebuah pusat penahanan rahasia
Para tahanan sebagian besar merupakan wartawan yang mempertanyakan rezim Iran melalui pidato dan tulisan-tulisan.
Satu di antara tahanan adalah Amir Fakhravar, menjelaskan pengalamannya sebagai "ditulikan" dan "tidak manusiawi."
Kasus Fakhravar diidentifikasi dan didokumentasikan oleh Amnesty International pada tahun 2004 saat ia disiksa.
Amir Fakhravar, di ruang tahanan putih Iran, disiksa selama delapan bulan pada tahun 2004.
Sampai saat ini ia terus merasa ngeri dengan ruangan berwarna putih.
Ruang penyiksaan berwarna putih bisa membuat tahanan bahkan menderita psikologis bahkan setelah keluar dari penjara.
Selain itu, penderitaan berlangsung tanpa henti dan orang tidak akan pernah kembali normal.
Dokter kejiwaan dapat membantu sampai batas tertentu, namun pemulihan mental seutuhnya mungkin hanya menjadi mimpi.
Kesedihan akan berlangsung seumur hidup.