Laporan Wartawan TribunTravel.com, Rizky Tyas
TRIBUNTRAVEL.COM - Pernahkah kalian berpikir jika bunga atau rumput bisa menjadi aksesori fashion?
Kalau menurutmu tidak, artinya jawabanmu salah.
Sebuah suku di Ethiopia Selatan bisa membuktikan kalau bunga dan rumput bisa disulap menjadi perhiasan dan aksesori yang indah.
Mereka adalah orang-orang Suku Surma dan Mursi yang tinggal di Lembah Omo, Ethiopia.
Kalau belakangan ini tren fashion dunia sedang diramaikan dengan motif tribal, suku ini juga nggak mau kalah, lho.

Foto-foto: www.unbelievable-facts.com
Dengan memanfaatkan segala sesuatu yang ada di alam, mereka memakai daun, bunga, rumput serta pewarna alami dari tumbuhan untuk mempercantik diri.
Orang-orang dari suku ini memiliki rasa yang unik dalam hal fashion.
Mereka merias diri dengan tanah liat putih sebagai pewarna alami untuk melukis wajah dan tubuh, ditambah manik-manik warna cerah untuk kalung.
Bunga liar dan rumput kering menjadi aksesori kepala alami, lengkap dengan bunga yang dipasang di kuping sebagai anting-anting untuk para anak gadis.
Kebanyakan dari keluarga Suku Surma dan Mursi senang menuangkan ekspresi kreativitas pada tubuh mereka.
Hal ini juga menjadi lambang kebebasan berkarya dan berekspresi dengan menjadikan tubuh sebagai kanvas.
Mineral pigmen dari bubuk batu vulkanik atau tanah liat menjadi pewarna alam dalam palet mereka.
Beberapa anak juga terlihat mengenakan mahkota bulu yang diambil dari burung di wilayah ini.
Tanah tempat tinggal mereka berada di daerah terpencil yang sebagian besar belum dieksplorasi dan tidak diketahui oleh negara.
Meskipun demikian, mereka sudah mengenal seni, fashion, dan keindahan.
Dirangkum TribunTravel.com dari laman Unbelieveable Fact, orang-orang ini terancam kehilangan tanah air mereka karena berbagai masalah seperti urbanisasi dan perang saudara di Sudan.
Banyak fotografer menyatakan kekecewaannya, karena negeri ini punya potensi wisata yang sangat kuat.
Dress parade mewah dipercaya mampu menarik wisatawan asing dan para fotografer untuk memotret.
Kehidupan suku indah ini pernah direkam dalam film oleh seniman terkenal kelahiran Jerman, Hans Silvester yang karyanya telah dipamerkan di Marlborough galeri di Monako dan Perancis antara 2009 dan 2010.