Laporan Wartawan Tribun Bali, Made Cintya Dewi
TRIBUNTRAVEL.COM, DENPASAR - Ingin menikmati masakan ala rumahan, tapi enggan masak sendiri?
Tak usah repot dan bingung, karena kini telah hadir Warung Tari yang berlokasi di Jalan Tukad Badung Nomor 77, Renon, Denpasar, Bali.
Mengusung tema Kuliner Cita Rasa Masakan Rumahan, Warung Tari menyajikan menu rumahan yang jarang ditemukan di restoran manapun.
Berdirinya warung ini bermula dari hobi pemiliknya, I Komang Mertha Kurnia yang suka makan masakan rumahan.
Kebetulan juga istrinya, Ni Kadek Hendra Wintari, jago masak.
Pada Mei 2016, akhirnya mereka memutuskan untuk mendirikan Warung Tari.
“Karena saya suka makan masakan rumahan lah. Kalau sudah ada nuansa rumahan, saya pasti senang. Biar ada kesan zaman dulunya kayak waktu masih kecil gitu lho,” tutur Kurnia.
Bagi anak rantauan yang kangen akan rasa masakan rumah, bisa datang ke Warung Tari, dan langsung mencicipi menu-menu rumahan yang disediakan.
Banyak makanan tempo dulu yang ditawarkan di sini seperti sambal lidung, jukut yuyu, sambal be kakak, cumi nyat-nyat, udang sambal bongkot, dan masih banyak pilihan yang lainnya.
Dari sekian menu yang ada, sambal lindunglah yang diandalkan.
Sambal lindung ada dua versi, yaitu yang tidak pedas dan yang pedas.
Pengunjung bisa request tingkat kepedasannya dan bebas memilih mau menggunakan satu satu cabai, dua cabai, sesuai dengan selera.
“Kalau di rumah kampung, gimana ya kalau masak lindung itu kelihatannya waow. Mungkin karena ada kebersamaan keluarganya. Saya juga ingin menciptakan suasana seperti itu di sini. Tidak hanya lindungnya saja yang segar, sambalnya juga segar. Kalau ada yang pesan baru kami ulek. Kami tidak nyetok bumbu,” imbuh Kurnia.
Wintari turut menimpali, “kami memilih lindung karena di sini masih jarang, mungkin belum pernah ada di sini. Sekarang nyari lindung itu kan susah. Lindung biasanya hanya ada di sawah-sawah. Tapi seperti yang kita ketahui, sekarang sawah-sawah sudah banyak dijadikan lahan perumahan,"
"Meskipun susah, tapi yang kami gunakan tetap lindung fresh. Kami punya supplier, jadi dia itu masih hidup. Saat akan dimasak, baru dibunuh,” tambah Wintari.
Be kakak juga merupakan menu khas Bali yang jarang ditemui di restoran.
Be kakak adalah ayam kampung yang dipanggang dan disuir lalu diisi sambal bawang.
Ayam dipanggang menggunakan bara batok kelapa sehingga kematangannya lebih sempurna.
Selain itu, aromanya yang didapat dari proses pengasapannya juga lebih khas.
Penyajian be kakak dan sambal lindung disertakan dengan jukut (sayur).
Menurutnya, biasanya orang Bali menyajikan tiga jenis makanan di dapurnya, yaitu jukut, daging, dan sambel.
Selain kedua menu utama itu, ada juga olahan kepiting.
Jika biasanya yang sering ditemukan adalah kepiting asam manis, tapi di Warung Tari kepiting, kepiting diolah menjadi jukut yuyu.
Makanan ini biasanya memang banyak ditemui di kampung.
Jenis kepiting yang digunakan adalah batok rawa.
Yuyu diolah menggunakan base genep dan santan, yang sebelumnya cangkang dan tubuhnya dipisahkan.
Setelah itu, kepiting lalu dimasak ke dalam santan yang sudah bercampur base genep.
“Yang pasti kalau orang yang suka makan yuyu itu pasti suka dan rasanya enak banget. Kalau sup itu kan agak bening. Tapi kalau jukut yuyu ini santannya itu kental pekat dengan bumbu Balinya. Pokoknya rasa kampungnya itu berasa banget,” tutur Wintari.