lihat foto
TRIBUNTRAVEL.COM - Guys, Pekalongan tak melulu soal batik, lho, kamu juga bisa kok mengunjungi satu destinasi wisata di sana.
'Bersembunyi' di Dukuh Purbo, Desa Jolotigo, Kecamatan Talun, Kabupaten Pekalongan, Curug Bidadari siap memanjakan semua indramu.
Tak mudah untuk menemukan Curug Bidadari.
Selain lokasinya di dalam hutan, pengunjung juga harus menyusuri sungai yang diapit dinding tebing batu.
Tentu cocok banget bagi traveler yang menyukai petualangan uji adrenalin.
Tenang saja, sesuai dengan namanya, Curug Bidadari memiliki kecantikan bak seorang bidadari.
Penjaga curug bidadari, Sucipto mengatakan, nama bidadari diambil dari cerita yang beredar di kalangan masyarakat setempat.
Konon, warga kerap melihat putri-putri cantik yang berendam di sungai ini.
Sungai ini tersebut memisahkan Kabupaten Batang dengan Pekalongan.
"Kolam yang jadi tempat para putri mandi itu disebut Pingit Agung. Kemunculan pelangi menjadi tanda waktunya para putri cantik mandi," ungkap Sucipto.
Warga pun berinisiatif mengikuti lengkungan pelangi hingga mendapati sebuah pancuran yang juga dipakai para bidadari bermain air.
Sejak saat itu, curug ini dikenal dengan nama Curug Bidadari.
Sucipto menjelaskan, curug ini sempat akan disebut dengan Curug Dinding Batu lantaran sungai yang mengalir di bawah diapit dinding batu setinggi 20 meter.
Aliran sungai air terjun ini berasal dari Gunung Garuda dan bermuara ke Krompeng, Pandansari.
Begitu sampai di kawasan ini usai menyibak hutan berisi pepohonan mahoni, pinus, kopi, dan aneka semak, pengunjung akan tiba di pos tempat Sucipto berjaga.
Pengunjung akan tercengang karena tak lantas menjumpai air terjun yang dimaksud.
Kolam selebar empat meter dengan kedalaman tiga meter justru yang kali pertama menyambut kehadiran traveler.
Rupanya, untuk bisa sampai ke air terjun setinggi 30 meter, traveler harus menyusuri sungai dengan melawan arus.
Terdapat tali yang dipasang sebagai pengaman dan tali tersebut berguna untuk pegangan.
Sucipto berpesan kepada pengunjung agar hati-hati saat meniti tali.
Ada baiknya untuk memakai pemandu.
Tenang, di tempat ini disediakan jasa pemandu sebanyak empat orang.
Tribun Jateng pun dibantu Sucipto untuk mencapai air terjun.
Ia selalu mengarahkan batuan mana yang aman untuk dipijak.
Batuan yang basah dan berlumut kerap membuat pengunjung terpeleset.
Tak henti-hentinya ia selalu mengingatkan agar tidak melepas tali pegangan.
Sucipto selalu menoleh belakang untuk memastikan rombongan kelompok tidak terseret arus sungai yang deras.
"Biasanya, di sini tempat favorit untuk foto. Ada pengunjung yang berani loncat dari atas ketinggian," ucap Sucipto sambil menunjuk ke arah dinding tebing.
Kilau matahari menerobos di sela-sela tebing serasa memasuki gua yang di dalamnya terdapat sungai.
Deburan air terjun yang jatuh ke bawah menimpa bebatuan membentuk kolam di bawahnya.
Percikan air terjun mengenai muka, menimbulkan kesegaran tersendiri.
Disarankan, pengunjung membawa pakaian ganti karena bakal berbasah-basah ria.
Pengunjung yang tidak bisa berenang akan ditawari memakai ban sebagai pelampung.
Seorang pengunjung dari Kendal, Isvan Rozak mengaku kagum dengan kecantikan Curug Bidadari.
"Segar banget di sini. Aku meloncat dari ketinggian tiga meter dan airnya bening sekali. Sensasi menyusuri sungai buat lihat air terjunnya juga seru. Dinding tebingnya juga memancarkan kilatan cahaya," ujarnya.
Curug Bidadari bisa traveler masukkan sebagai destinasi yang harus dikunjungi ketika berkunjung ke Kabupaten Pekalongan. (Tribun Jateng/Shela Kusumaningtyas)
