Breaking News:

Banda Naira - Dijajah Portugis Gara-gara Pala, Ternyata Pulau Ini Punya Pesona yang Luar Biasa

Tidaklah berlebihan jika mengatakan Kepulauan Banda atau Banda Naira, di Kabupaten Maluku Tengah, merupakan karunia Tuhan yang sempurna.

Editor: Sinta Agustina
ngadem.com
Banda Naira 

TRIBUNTRAVEL.COM - Tidaklah berlebihan jika mengatakan Kepulauan Banda atau Banda Naira, di Kabupaten Maluku Tengah, merupakan karunia Tuhan yang sempurna.

Primadona Maluku itu menjanjikan dengan potensinya, seperti penghasil pala kualitas ekspor, pusat perikanan tangkap di kawasan timur Indonesia, dan daerah tujuan wisata dunia.

Kelebihan itu pula yang mengundang kedatangan bangsa kolonial untuk mengusai daerah itu.

Pertama kali adalah kehadiran anggota ekspedisi Portugis D’Abreau yang dikirim dari Malaka oleh Albuguergue pada 1512.

Tujuan utamanya adalah mencari sumber rempah-rempah.

Demikian ditulis M Burhan Bungin dalam bukunya Destinasi Banda Neira.

Banda Naira juga diincar Belanda yang kemudian merebutnya dari Portugis, dan berkuasa paling lama.

Tujuannya juga mengeksploitasi sumber daya alam Banda Naira, dan memonopoli perdagangan.

Kondisi itu menegaskan, Banda Naira di masa lalu mempunyai nama besar karena komoditasnya.

Komoditas unggulan selain pala adalah ikan.

2 dari 2 halaman

Laut Banda kaya dengan ikan sehingga menjadikan daerah itu sebagai pusat perikanan tangkap.

Ribuan kapal pencari ikan tuna berburu di wilayah perairan itu.

Untuk destinasi wisata, Banda Naira tidak diragukan lagi.

Bagi sejumlah wisatawan, ada anggapan bahwa belum ke Maluku kalau belum mengunjungi Banda Naira.

Wisatawan yang sekadar ingin menikmati keindahan pantai bisa mendatangi beberapa pantai, seperti Malole, Tita Batu, Lanthoir, dan Nama.

Bagi wisatawan yang mempunyai hobi menyelam, di Banda terdapat 18 tempat dengan keindahan bawah laut yang menakjubkan.

Tak hanya itu, Banda juga penuh dengan peninggalan penjajah yang kini dijadikan wisata sejarah, seperti rumah pengasingan beberapa tokoh pejuang kemerdekaan pada zaman penjajahan Belanda dulu, yakni Mohammad Hatta, Sutan Syahrir, dan Dr Cipto Mangunkusumo.

Ada pula Benteng Belgica yang masih berdiri kokoh.

”Dengan berbagai macam catatan masa lalu yang masih tertinggal hingga saat ini, serta kekayaan budaya setempat, Banda Naira telah dinyatakan sebagai warisan budaya dunia,” kata Gubernur Maluku Said Assagaff yang berkunjung ke daerah itu beberapa waktu lalu. (Kompas Cetak/Fransiskus Pati Herin)

Selanjutnya
Sumber: KOMPAS
Tags:
Banda NairaMaluku TengahPortugis
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved