TRIBUNTRAVEL.COM - Kelelawar merupakan mamalia yang bisa terbang dan dapat dengan mudah kita jumpai di malam hari.
Nah, untuk menemukan kelelawar, lazimnya mereka secara bergerombol berada di gua atau hutan yang gelap.
Akan tetapi jika traveler berwisata ke Kabupaten Soppeng, kamu dapat melihat kumpulan hewan nokturnal tersebut berkeliaran di pusat kota, Watansoppeng, yang merupakan ibu kota Kabupaten Soppeng.
Ribuan kelelawar tersebut bergelantungan di banyak pohon asam sekitar pusat kota.
Mereka berkelompok menguasai masing-masing pohon asamnya tanpa canggung oleh lalu lalang kendaraan bermotor dan sibuknya kota.
Tak heran, Soppeng dijuluki “Kota Kalong”.
Ketika sore hari, kota pun diramaikan dengan suara kelelawar.
Mereka bangun dan bersiap untuk melakukan aktivitas pada malam hari.
Traveler akan melihatnya beterbangan dengan latar matahari terbenam.
Uniknya jika diamati, tak ada buah-buahan di sepanjang kota yang dimakan kelelawar.
Bahkan, buah asam yang pohonnya menjadi tempat tinggal ribuan kelelawar tesebut seperti tak disentuh para kelelawar.

KOMPAS.com/Muhammad Irzal Adiakurnia
Pohon asam yang berada di tengah kota Soppeng, dipenuhi kelelawar.
Ada sebuah cerita kepercayaan masyarakat Soppeng tentang kelelawar yang memenuhi jantung kotanya tersebut.
Kelelawar telah berjanji ratusan tahun yang lalu kepada raja untuk tidak mengganggu masyarakat termasuk memakan buah-buahan milik warga.
“Kalong ini udah ada dari raja Soppeng pertama, Raja Latemmamala, ratusan tahun lalu. Dari sebelumnya konon sudah memenuhi kota, pas ada raja, keluarlah perjanjian antara raja dan kalong,” ujar Bupati Soppeng Andi Kaswari Razak saat mengantar wisatawan ke pohon kelelawar, Rabu (24/11/2016).
Dalam perjanjian tersebut, mereka tidak boleh mengambil buah-buahan di sekitar atau milik rakyat.
Kedua, mereka boleh berdiam di kota, tetapi hanya di pohon asam.
Terakhir, raja meminta, jika akan ada bencana, musibah, atau sesuatu yang menuntut rakyat untuk bersiap-siap, mereka diharapkan segera memberi tahu rakyat melalui tanda-tanda alam yang mereka isyaratkan.
Perjanjian terakhir ini kerap diwujudkan dengan perilaku kelelawar yang menghilang minimal 24 jam dari pohonnya.

KOMPAS.com/Muhammad Irzal Adiakurnia
Langit pusat Kabupaten Soppeng yang dipenuhi kelelawar, tak heran daerah ini dijuluki "Kota Kalong".
“Jadi, jika kelelawar tersebut tidak kembali ke pohonnya selama 1 x 24 jam, masyarakat harus siap siaga,” ujar Andi Kaswari Razak.
Selain itu, pendatang atau wisatawan yang terkena kotoran kelelawar ketika berada di sekitar pohon asam dipercaya akan mendapat jodoh orang Soppeng.
Sayangnya, saat berkunjung, belum ada wisatawan yang terkena kotoran kelelawar.
Hal itu diakui memang sangat jarang terjadi.
Hingga kini, perjanjian tersebut masih terjaga dan populasi kelelawar pun masih sangat banyak di tengah kota.
Wisatawan dapat menikmati indahnya pemandangan “Kota Kalong” di sepanjang jalan-jalan protokol kota yang terdapat pohon asam besar.
(Kompas.com/Muhammad Irzal Adikurnia)