Breaking News:

Mengerikan! Tenyata Ada Tradisi Makan Tikus di India, Begini Alasannya

Tikus merupakan hewan penggerat yang banyak jadi musuh besar di rumah-rumah. Namun tidak dengan yang di sini.

Kompas.com/DEUTSCH WELLE
Tikus yang terbaik disajikan pada masa perayaan tradisional, terutama perayaan Unying-Aran, sebuah festival berburu yang jatuh tanggal 7 Maret. 

TRIBUNTRAVEL.COM - Tikus merupakan hewan penggerat yang banyak jadi musuh besar di rumah-rumah.

Bukan hanya pada film Tom and Jerry, tikus pastinya akan sangat menganggu jika terlalu banyak dan sering berkeliaran di rumah.

Namun, pernahkan traveler membayangkan untuk menyantap hewan pengerat ini?

Ternyata, tikus jadi hidangan di beberawa negara lho guys.

Sebuat saja Arunachal Pradesh, dan India.

Riset tentang kebiasaan makan daging tikus yang biasa dilakukan suku-suku di timur laut India, di antaranya suku Adi dan Apatani, dilakukan Victor Benno Meyer-Rochow.

Victor adalah peneliti di Universitas Oulu, Finlandia.

Dalam survei ini, dia didampingi oleh ilmuwan yang juga merupakan anggota suku Adi, Karsing Megu.

Tak diketahui secara pasti sejak kapan suku ini menyantap tikus.

Peneliti meyakini tradisi panjang ini dilakukan bukan karena masyarakat di sana kekurangan bahan pangan.

2 dari 4 halaman

Sebab, di wilayah itu juga, masih terdapat berbagai jenis hewan buruan lainnya, ada kijang dan kambing.

Namun, tikus sangat diburu karena masyarakat beranggapan dagingnya lezat.

Ada berbagai strategi dalam menangkap tikus.

Di antaranya ialah dengan menggunakan bambu dengan seutas tali dari kulit pohon yang berfungsi untuk menjerat mangsa yang terpancing umpan.

Cara lainnya adalah dengan pembakaran arang sekam yang diletakkan di dalam bumbung bambu untuk menghasilkan asap.

Asap kemudian ditiupkan ke dalam liang tikus yang memaksa tikus keluar dari sarang dan mati lemas.

Tentu saja orang suku Adi menyadari tikus bisa masuk ke rumah dan merusak produk makanan yang mereka simpan.

Maka dari itu, orang-orang suku Adi membangun rumah sedemikian rupa agar tikus sulit masuk ke rumah mereka.

Meskipun tersedia dan dikonsumsi sepanjang tahun, tikus yang terbaik disajikan pada masa perayaan tradisional, terutama perayaan Unying-Aran.

Unying-Aran adalah sebuah festival berburu yang jatuh pada tanggal 7 Maret.

3 dari 4 halaman

Pagi hari di hari raya ini, pemburu memberikan tangkapan mereka kepada keluarganya yang disebut "Aman ro".

Bukan hanya orang dewasa, anak-anak kecil pun sudah terbiasa dengan tikus.

Dari usia belia, mereka sudah biasa menangkap tikus atau menerima tikus sebagai hadiah.

Dalam konteks budaya, penggunaan tikus sebagai hadiah memperkuat hubungan kemasyarakatan suku Adi.

Jika tamu datang, tikus juga dihidangkan sebagai menu spesial untuk menghormati tamu.

Yang paling umum, nama masakannya adalah bule-bulak oying, jeroan tikus, sampai kaki dan ekornya juga ikut dimasak dalam sajian ini.


Kompas.com
Meluasnya penggunaan tikus sebagai makanan didorong pemikiran bahwa tikus belum termasuk spesies terancam punah.

Tentu saja sajiannya ditambah dengan berbagai bumbu pada umumnya.

Bagian dari tikus yang tidak digunakan adalah gigi dan tulang.

Meluasnya penggunaan tikus sebagai makanan didorong pemikiran bahwa tikus belum termasuk spesies terancam punah.

Selain itu, tikus merupakan hama bagi produk makanan yang disimpan, seperti biji-bijian, umbi-umbian, dan lainnya.

4 dari 4 halaman

Makan tikus dianggap lebih masuk akal daripada hanya membunuh dan tidak digunakan atau meracuninya dan meninggalkan bangkainya dimakan oleh organisme lain.

Tikus sebagai penganan bukan hanya fenomena di India.

Di beberapa negara lain, seperti di sebagian Sulawesi, Indonesia, atau juga di beberapa kawasan di Filipina, Laos, Myanmar, Thailand, China, dan negara-negara Asia lainnya, daging tikus juga disantap sebagai makanan lezat.

Kebiasaan ini juga bisa dijumpai di kelompok suku Maori di Selandia Baru dan di beberapa bagian di negara-negara Afrika.

Victor dan koleganya menyimpulkan, mengingat kebutuhan memenuhi kebutuhan pangan dunia semakin mendesak akibat pemanasan global, keberadaan tikus sebagai sumber bahan makanan tak boleh diabaikan.

Memanfaatkan tikus sebagai makanan akan mengurangi perburuan hewan liar yang sudah langka.

Ini juga metode yang jauh lebih unggul untuk mengontrol populasi tikus ketimbang meracuninya.

(Kompas/Glori K. Wadrianto)

Selanjutnya
Sumber: Kompas.com
Tags:
IndiaFinlandiaArunachal Pradesh Haleem Koshari (Kushari) Virus Nipah Dalai Lama
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved