Laporan Wartawan Surya, Riris Aditia N
TRIBUNTRAVEL.COM - Terletak di bagian utara wilayah Kabupaten Sumenep, Masalembu yang berjarak 112 mil laut dari Pelabuhan Kalianget menyimpan keelokan.
Kalau saya dilahirkan kembali, saya memilih menjadi anak kepulauan.
Tinggal di pulau terpencil nan elok.
Tak apalah jauh dari modernitas kota.
Yang penting, dapat menikmati indahnya alam dan berdamai dengan Tuhan.
Kalimat di atas terasa berlebihan.

Surya/Riris Aditia N
Masalembu
Namun, itulah yang terekam dalam benak ketika mengunjungi Pulau Masalembu.
Ini pulau kecil dan merupakan daratan terluar, berbatasan langsung dengan laut.
Nggak kebayang kan betapa terpencilnya?
Berangkat dari Pelabuhan Tanjung Perak, saya menumpang KM Sabuk Nusantara 56, pukul 15.00 WIB.
Ada deretan matras bertingkat dua berjajar rapi di Dek 2.
Matras itu menjadi tempat istirahat saya selama 18 jam perjalanan.
Tiba di Masalembu keesokan harinya, pukul 10.00 WIB.
Mata saya langsung dimanjakan pemandangan laut biru.
Bikin haru karena airnya begitu jernih.
Seorang teman yang tinggal di sana menyambut saya dan mengajak berkeliling.
Ada dua desa di Masalembu yakni Sukajeruk dan Masalima.
Saya takjub, rumah-rumah warga berbatasan langsung dengan laut.
Belum banyak pengunjung, padahal potensi pantainya luar biasa.
Pantai Masna, misalnya, menawarkan lautan lepas berwarna biru, dikelilingi pohon bakau nan rindang.
Ada sebuah pohon besar dengan batang pendek dan horisontal, nyaman buat duduk berteduh menikmati pemandangan.
Pohon ini menjadi satu spot yang instagramable banget.
Kamu bisa berpose di atas pohon sembari memandangi lautan lepas di depan mata.
Menarik bukan?

Surya/Riris Aditia N
Masalembu
Pantai Cemara merupakan destinas lanjutan saya.
Banyak pohon cemara di sekitar pantai ini, besar dan teduh.
Di dekat pantai, tampak pondok kayu untuk bersantai.
Tak ketinggalan, warung-warung makan.
Letak Masalembu yang terpencil, saya kira, membuat segala macam kebutuhan mahal karena akses sulit.
Sejumlah bahan makanan memang mahal, satu di antaranya beras.
Maklum, pertanian di Masalembu tak terlalu bagus.
Warga membeli beras dari Sumenep atau Surabaya.
Meski beras mahal, warga setempat justru menjual nasi dan olahan lainnya dengan harga murah.
Satu porsi nasi bungkus lengkap dengan sepotong ikan laut dan kering tempe, sekitar Rp 3.000 hingga Rp 6.000.
Bahkan, ada penjual bubur keliling yang menjual satu porsi bubur sum-sum miliknya hanya Rp 1.000.
Hmmm…. enak, murah, dan mengenyangkan.