Laporan Wartawan TribunTravel.com, Rizky Tyas
TRIBUNTRAVEL.COM - Pada bulan Agustus 1945, Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki, Jepang, dalam tahap akhir Perang Dunia Kedua.
Peristiwa ini tentu masih terus dikenang warga Jepang, khususnya yang tinggal di wilayah tersebut.
Sumiteru Taniguchi adalah salah satu korban dari bom di Nagasaki yang berhasil selamat walaupun menderita luka serius pada tubuhnya.

ibtimes.co.uk
Kondisi Nagasaki pasca ledakan
Sudah 70 tahun tragedi mengerikan yang mengubah dunia itu berlalu, tapi Taniguchi masih hidup dengan memori dan ketakutan hingga hari ini.
Dirangkum Tribun Travel dari laman Unbelieveable Fact, tubuh Taniguchi masih dibalut luka bekas bom yang menghancurkan kotanya, Nagasaki.
Setiap hari, istrinya mengoleskan krim penghilang rasa sakit pada bekas luka yang menurutnya sangat perih, seperti terbakar.
Bekas luka ini terlihat hampir di seluruh bagian tubuhnya.

unbelievable-facts.com
Sumiteru Taniguchi
Membuat tubuhnya terlihat rapuh, terdapat cekungan di beberapa tempat dan pembengkakan sangat terlihat di bagian dadanya.
Sisa-sisa tulang rusuknya setengah rusak menekan ke dalam paru-paru, sehingga membuatnya sulit bernafas.
Sudah 70 tahun Taniguchi tidak bisa menegakkan lengan kirinya.
Pada saat bom dijatuhkan di Nagasaki pada 9 Agustus 1945, Taniguchi berada 1,8 kilometer dari pusat ledakan.
Ledakan itu melemparkannya dari sepeda.
Taniguchi mengatakan, ia menghabiskan tiga hari berikutnya dalam keadaan linglung, kulit punggungnya hilang dan bahunya seperti rombengan.
Dua puluh satu bulan berikutnya, waktunya dihabiskan untuk berbaring, kesadarannya hilang, dan tulang rusuknya seperti hilang.

unbelievable-facts.com
Sumiteru Taniguchi
Samar-samar Taniguchi ingat perawat bertanya satu sama lain, apakah dia masih bernapas.
Kondisinya kritis, kenyataan yang menyatakan ia selamat adalah sebuah keajaiban yang luar biasa.
Hari ini, ia memimpin korban kelompok Nagasaki yang bekerja melawan proliferasi nuklir, meskipun usianya tidak memungkinkan dia untuk berperan aktif.
Ia berharap, tidak ada yang akan pernah harus menderita rasa sakit akibat senjata nuklir seperti dirinya.
"Aku ingin ini adalah yang terakhir," katanya.