Breaking News:

Fakta Sarapan - Melewatkan Makan Pagi Tak Berakibat Buruk Pada Kesehatan, Benarkah?

Tak sedikit warga Indonesia yang melewatkan makan pagi. Nyatanya hal tersebut tak banyak berdampak pada kesehatan.

TRIBUNTRAVEL.COM - Tak sedikit warga Indonesia yang melewatkan makan pagi.

Nyatanya hal tersebut tak banyak berdampak pada kesehatan.

Jika traveler memaksakan sarapan saat perut kenyang, bisa membuat seseorang kehilangan gairah di pagi hari.

Dr James Betts, seorang dosen senior gizi di University of Bath mengatakan, manfaat sarapan yang selama ini dibesar-besarkan, meskipun terdengar logis, sebagian besar ternyata hanya berupa asumsi berdasarkan studi observasional dan tidak pernah benar-benar telah diuji secara ilmiah.

Melewatkan sarapan yang dinilai bisa menyebabkan kenaikan berat badan, memperlambat metabolisme atau memicu stres tidak sepenuhnya dapat berdiri sendiri, ada faktor lain yang terlibat sehingga hal tersebut bisa terjadi, tidak hanya karena melewatkan sarapan.

Penulis Aaron E. Carroll dari New York Times berpendapat, ada keterlibatan konflik kepentingan di beberapa studi yang mengungkap pentingnya sarapan, mengingat sebagian besar studi didanai oleh industri makanan.

Pelaku industri oatmeal, misalnya, mendanai sebuah studi yang menyimpulkan makan oatmeal atau cornflakes dapat mengurangi berat badan dan Kolesterol.

Walau studi tersebut menghasilkan bukti, hasil yang didapat tak bisa berdiri sendiri.

Artinya, seseorang perlu melakukan aktivitas lain—selain sarapan dengan bahan tersebut—agar berat badan atau Kolesterol turun.

Untuk menguji apakah sarapan meningkatkan kesehatan, Dr Betts meminta sekelompok responden untuk melakukan sarapan sebanyak 700 kalori atau lebih, sementara yang lain hanya diminta minum air sampai makan siang.

2 dari 2 halaman

Betts menemukan, mereka yang melewatkan sarapan memang makan banyak lebih saat makan siang, tetapi jumlah “kelebihan makan” tidak lebih dari 700 kalori.

Sehingga studi tersebut menyimpulkan, melewatkan sarapan tidak selalu menyebabkan orang menjadi lapar dan makan berlebihan di siang hari.

Selain itu, Betts mendapati, melewatkan sarapan tidak selalu memengaruhi kadar lemak seseorang atau membuat orang mudah menambah berat badan.

Namun, dia menemukan, orang yang sarapan membakar kalori lebih banyak, karena tubuh mengolah makanan yang mereka makan.

Dengan kata lain, ketimbang memaksakan sarapan, dengarkan apa kata perut kita.

Jika lapar di pagi hari, makanlah yang sehat.

Jika tak lapar, jangan berpikir bahwa kita telah berbuat “dosa” besar dengan melewatkan sarapan.

Di sisi lain, Kaori O'Connor, seorang antropolog sosial di University College London mengatakan, rutin sarapan tetaplah penting, jangan sampai kita tidak sarapan sepanjang hidup, tentu sedikit banyak akan berpengaruh pada kesehatan.

Namun, tak perlu memaksakan diri untuk mengikuti “iklan” marketing perusahaan tertentu, seperti sarapan harus berisi oatmeal atau telur, ada banyak sarapan bergizi yang bisa dipilih.

Sebagai informasi, kampanye sarapan telur diluncurkan oleh Dewan Pemasaran Telur Inggris pada tahun 1950.

Selanjutnya
Sumber: Kompas.com
Tags:
University of BathNew YorkTribunTravel.com
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved