TRIBUNTRAVEL.COM - Namanya Tri Ahmad Irfan, mahasiswa rantau dari Boyolali, Jawa Tengah dan kini tengah kuliah di Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia.
Siapa sangka jika Irfan sudah dua kali menampakkan kaki di Amerika Serikat demi magang di kantor pusat Twitter yang bertempat di San Francisco.
Melalui wawancara sekitar 20 menit bersama VOA, Irfan bercerita panjang lebar soal pencapaian tersebut.
Demikian kisahnya seperti dilansir TribunTravel.com dari Kompas.com, Jumat (8/10/2016).
Tahun ini merupakan tahun kedua bagi Irfan untuk magang di Twitter sehingga tak ada proses seleksi yang ia lewati, seperti saat tahun pertama.
Perusahaan mikroblog-lah yang memintanya kembali menjadi Software Engineering Intern.
"Kalau magang sebelumnya dianggap bagus, biasanya memang dipanggil lagi," kata Irfan sambil tersenyum malu.
Berawal dari Indo2SV
Mulanya, Irfan mengikuti program Indo2SV, yaitu program online bentukan orang-orang Indonesia yang bekerja di perusahaan-perusahaan teknologi Silicon Valley.
Tujuannya untuk membimbing para mahasiswa bertalenta di Tanah Air agar bisa magang di perusahaan teknologi kawakan.
Irfan mengikuti program tersebut tahun lalu, saat masih kuliah semester empat di Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia.
Statusnya sebagai anak rantau dari kota kecil di Jawa Tengah membuatnya lebih tertantang untuk unjuk gigi.
Ya, Irfan tak berasal dari keluarga metropolitan yang kaya akses informasi dan melek teknologi.
Ia lahir dari keluarga sederhana di Boyolali dan saat SMA, Irfan pindah ke Sragen serta berhasil mendulang prestasi.
Sang putra daerah akhirnya lolos jadi mahasiswa di universitas ternama di negeri ini.
Irfan tak mau jadi mahasiswa sekadarnya yang cuma kuliah-pulang-kuliah-pulang alias "kupu-kupu".
Ia banyak membaca buku, membuat proyek kolaborasi, hingga akhirnya mendaftar ke Indo2SV.
"Dulu mentor saya (dari Indo2SV), pegawai di Google. Awalnya saya diajarin bagaimana bikin resume yang bisa menarik perhatian perusahaan di sini, bagaimana cara apply magang, bikin cover letter, sampai tips wawancara," Irfan menjelaskan.
Setelah tiga bulan menjalani program mentorship di Indo2SV, Irfan pun memberanikan diri mengajukan proposal lamaran magang di Twitter untuk pertama kalinya.
Kala itu ia juga dibantu dengan surat referensi dari Indo2SV.
Upaya Lebih Keras
Di Twitter, Irfan magang sebagai software engineer.
Irfan mengakui, pelajaran kuliah ilmu komputer di Indonesia masih kurang luas.
Ia bisa bilang begitu karena ternyata banyak hal yang ia tak ketahui setelah menjadi anak magang Twitter.
Mulanya ia merasa tertinggal dari peserta magang lainnya.
Tak ingin menyerah, Irfan bekerja lebih keras untuk menyamai pengetahuan yang dimiliki rekan-rekannya.
"Harus berusaha banget. Nggak bisa berhenti belajar," ujarnya.
Berkat kegigihan itu, ia mengklaim sang layanan bernuansa biru senang dengan kinerjanya saat magang tahun lalu.
Alhasil, ia ditawari kembali magang pada musim panas tahun ini.