Laporan Wartawan Tribun Jateng, Yayan Isro Roziki
TRIBUNTRAVEL.COM - Akhirnya, orang yang paling dicari saat ibadah haji 2016 muncul juga.
Ya, Kasrin si tukang becak yang pergi haji secara misterius telah kembali ke rumahnya di Dukuh Gembul, Desa Sumberejo, Kecamatan Pamotan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
Tak pelak, banyak warga yang berkunjung ke rumah pria berusia 59 tahun itu.
Mereka penasaran bagaimana bisa Kasrin yang biasa mangkal di depan Masjid Agung Lasem, Rembang, bisa berhaji tapi namanya tak tercantum dalam daftar jemaah haji di Kantor Kementerian Agama.
Tak semua hanya ingin mendengar cerita dari Kasrin.
Beberapa di antaranya meminta didoakan si tukang becak.
Bahkan, ada yang meminta pengobatan kepada Kasrin, menggunakan media air putih yang telah didoakan.
Pada Selasa (4/10/2016), Kasrin pulang ke rumah.
Ia mengaku kembali dari Mekkah, setelah 44 hari menunaikan ibadah haji.
"Bapak pulang kemarin, sampai Masjid Lasem sekitar pukul 09.00 WIB, kami ramai-ramai menjemputnya ke sana," kata Istiqomah (32), anak bungsu Kasrin, di sela-sela menerima tamu.
Sejak kedatangan Kasrin, rumahnya penuh tamu, bahkan masih berdatangan hingga pukul 02.00 dinihari.
"Usai menunaikan salat Subuh sekitar pukul 05.00 WIB, rumah sudah diketuk orang. Mereka ingin mendengar cerita langsung dari Bapak," kata dia.
Anak sulung Kasrin, Siti Rokhanah (36), mengatakan para tamu tak hanya berasal dari sekitar Rembang.
Mereka dari berbagai kota di Jawa Tengah, seperti Pati, Kudus, Jepara, dan Semarang.
"Banyak tamu yang tak kami kenal," kata dia.

TRIBUN JATENG/YAYAN ISRO ROZIKI
Sejak pulang berhaji pada 5 Oktober 2016, rumah Kasrin (pria berpeci putih) ramai didatangi pengunjung untuk bersilaturahmi dan minta doa. Sehari-hari pria berusia 59 tahun ini menarik becak dan mangkal di depan Masjid Jami Lasem, Rembang, Jawa Tengah. Foto diambil pada Rabu (5/10/2016).
Sosok dari Dunia Lain
Sembari sibuk menyalami para tamu yang datang pergi silih berganti, Kasrin menuturkan pengalamannya selama menunaikan ibadah haji.
"Sejak berangkat dari Lasem pada Selasa (23/8) malam, saya terus nginthil (membuntuti) Bu Indi," Kasrin mengawali ceritanya sampai bisa berhaji.
Menurut Kasrin, Indi adalah sosok penting di balik kepergiannya berhaji.
Ia menyebut Indi merupakan sosok dari dunia lain, yang telah menjadi pengguna jasa becaknya sejak sekitar 21 tahun silam.
Rumah Indi tak jauh dari Balai Desa Ngemplak, Kecamatan Lasem.
Dituturkan, sebelum mengenal Indi, lokasi rumah perempuan itu adalah hamparan tanah kosong.
"Tapi sejak mengenal Indi, dalam pandangan saya di situ ada rumah. Mungkin kalau yang lihat orang lain, ya masih berupa tanah kosong, tak ada rumah di situ," ucap dia.
Sejak berangkat dari Lasem, Indi selalu berada di dekatnya.
Ia diperintahkan oleh Indi, untuk memegangi pakainan bagian belakang sosok perempuan dari dunia lain itu.
"Di dalam bus saat berangkat, Bu Indi duduk di samping saya. Kami duduk di bagian tengah, tapi sepertinya orang-orang di bus tak menyadari keberadaan kami," lanjut Kasrin.
Tak Boleh Berpisah
Sesampainya rombongan di Embarkasi Donohudan, Boyolali, hal serupa juga dialami Kasrin.
"Sesampainya di Solo (Boyolali) dulu ya naik pesawat bareng-bareng dengan rombongan dari Rembang. Ya naik begitu saja, gak diperiksa atau gimana-gimana," aku Kasrin.
Sesampainya di Tanah Suci, Kasrin kembali diwanti-wanti oleh Indi agar jangan sekali pun terpisah.
Menurut dia, jika sampai terpisah Kasrin tak akan bisa pulang kembali ke tanah air.
"Di sana, di tanah suci selama 44 hari menunaikan ibadah haji, saya selalu nginthil Bu Indi. Baik saat sai, tawaf mengelilingi Kakbah, salat, dan lain-lain," cerita dia.
Ia menginap di pemondokan bareng Indi.
"Saya nginap di sebuah bangunan dua lantai," ujar dia.
Tak hanya diminta untuk terus berada di dekat Indi, Kasrin pun diperintahkan untuk tak berkomunikasi dengan orang lain tanpa seizin perempuan tersebut.
"Semua kebutuhan saya sudah dipenuhi Bu Indi," lanjutnya.
Ikut Berkurban
Pada hari raya Iduladha, ia dan Indi masing-masing berkurban satu ekor unta.
"Satu unta untuk keluarga di sini, satu unta untuk keluarga Bu Indi. Harga satu ekornya Rp 17 juta, beli pakai duitnya Bu Indi. Saya hanya nyumbang Rp 2 juta, uang saku yang saya bawa dari rumah saat berangkat," kata Kasrin.
Saat pulang kemarin ia bersama sosok Indi, hingga sampai di rumah.
"Bu Indi juga ikut ke sini, tapi tak ada yang bisa melihatnya. Sekarang pun orangnya ada di dalam kamar," ujar dia.
Seorang pedagang buah di Pasar Lasem, Agung Utomo meyakini kebenaran cerita sola bagaimana Kasrin naik haji.