Laporan Wartawan Surya, Haorrahman
TRIBUNTRAVEL.COM, BANYUWANGI - Pencinta kopi layak berkunjung ke Banyuwangi.
Di Banyuwangi terdapat Festival Kembang Kopi Gombengsari.
Festival yang terakhir diselenggarakan pada 7 September 2016 lalu menyuguhkan tradisi petik kopi rakyat.
Ini sekaligus meneguhkan Banyuwangi sebagai salah satu destinasi wisata yang wajib dikunjungi oleh para pecinta kopi di Indonesia.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas dan Kebudayaan Yanuar Bramuda mengatakan, Festival Kembang Kopi Gombengsari akan memberi pengalaman istimewa bagi semua yang datang.
Mulai dari ikut memetik kopi, mengolahnya sampai menghidangkannya.
“Di festival ini, pengunjung bisa mendapatkan asyiknya pengalaman memetik kopi, mengolahnya, menyajikan sampai menikmati langsung kenikmatan kopi asli Gombengsari,” kata Bramuda.
Festival petik kopi ini, dilangsungkan di Lingkungan Lerek, yakni di sepanjang jalan menuju Perkebunan Kali Klatak.
Sebelum mulai memetik kopi, warga setempat akan memulainya dengan makan bersama sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas melimpahnya panen kopi.

Surya/Haorrahman
Wisatawan asal Amerika, Ashley Fedor dan Sinead McDermott, turut serta dalam Festival Kembang Kopi Gombengsari di Banyuwangi, Rabu (7/9/2016)
“Selain warga, acara ini juga terbuka untuk masyarakat umum yang ingin ikut serta memeriahkan even ini,” kata Bramuda.
Setelah acara selamatan, prosesi petik kopi pun dimulai.
Saat petik kopi selain warga setempat masyarakat dan wisatawan boleh ikut terlibat.
“Nantinya pemetik yang baru pertama kali melakukan petik kopi akan diajari cara memilih buah kopi yang matang dan cara memetik kopi,” kata Bramuda.
Usai memetik, selanjutnya akan dilakukan pengupasan biji kopi secara bersama-sama.
Selesai dikupas, biji kopi akan melalui proses sangrai.
Proses sangrai ini akan dilakukan secara tradisional menggunakan wajan dan tungku dari tanah liat.
“Di sini warga dan wisatawan akan diajak untuk ikut menyangrai kopi secara tradisional,” kata Bramuda.
Rangkaian terakhir yang paling ditunggu-tunggu adalah menikmati kopi asli Gombengsari.

Surya/Haorrahman
Kopai Osing Banyuwangi
Minum kopi Gombengsari ini nanti bisa dicampur susu kambing etawa, yang merupakan hasil peternakan di Desa Gombengsari.
“Minum kopi langsung di tengah kebun kopi, pastinya memberikan sensasi yang berbeda dari biasanya, maka jangan sampai ketinggalan,” ajak Bramuda.
Lurah Gombengsari, Mochammad Farid Isnaini mengatakan, petik kopi ini berangkat dari tradisi warga Kelurahan Gombengsari yang telah dilakukan secara turun temurun saat musim panen kopi.
Di daerah ini, hampir semua warga memiliki tanaman kopi jenis robusta di pekarangan rumah.
Kelurahan Gombengsari merupakan daerah yang memiliki perkebunan kopi terluas di Banyuwangi.
"Sejak dulu masyarakat hidup dari bertani kopi,” jelas Farid.
Luasan total lahan kebun rakyat Gombengsari, menurut Farid, mencapai 1,700 hektar.
Lahan yang hanya ditanami kopi saja luasnya 850 hektar.
Sisanya merupakan lahan ditanami kopi yang ditumpangsarikan dengan tanaman lain seperti kelapa dan pepohonan yang menjadi pakan bagi ternak kambing ettawa.
Kopi termasuk komoditas yang dihasilkan Banyuwangi dengan rata rata produksi hampir 9.000 ton per tahun.
Kopi yang dihasilkan 90 persen jenis Robusta dan 10 persen Arabika.
Selain Festival Petik Kopi, sebelumnya Banyuwangi juga mempunyai Festival Ngopi Sepuluh Ewu.
Pada Festival ini semua orang bisa bebas menikmati suguhan kopi yang disajikan dalam cangkir khas beserta camilan yang disediakan di sepanjang jalan Desa Kemiren sembari merasakan keramahan warga.
Banyuwangi juga pernah menjadi tuan rumah Kontes Kopi Spesialty Indonesia ke 7 pada 2015 lalu.
Sebanyak 137 sampel kopi dari seluruh Indonesia ikut dalam kontes ini.
Sejumlah tester kopi profesional dari dalam dan luar negeri, diantaranya dari Jerman dan Belanda, menjadi jurinya. (*)