Laporan Wartawan Tribun Manado, Herviansyah
TRIBUNTRAVEL.COM, MANADO - Kawasan Tondano, Sulawesi Utara terkenal menjadi pusat penjualan kuliner unik, sate kolombi.
Kolombi adalah sebutan warga setempat untuk siput danau yang rasanya kenyal ketika sudah dimasak.
Kolombi banyak ditemukan hidup di Danau Tondano, Kabupaten Minahasa.
Ukuran jenis siput ini relatif lebih besar dibanding siput lain yang banyak ditemukan.
Warnanya ada yang keemasan, juga ada yang hitam.
Para pencari kolombi menggunakan jaring untuk mendapatkannya.
Untuk mendapatkannya seorang nelayan harus datang pagi saat mentari belum menyengat.
Biasanya kolombi muncul di permukaan air, namun jika sudah panas akan tenggelam.

Tribun Manado/Herviansyah
Sate kolombi banyak dijajakan di kawasan Boulevard Tondano, Minahasa, Sulawesi Utara
Penganan yang menggugah selera ini banyak dijual di sepanjang Jalan Boulevard Tondano.
Jika traveler sedang berkunjung ke Manado, singgahlah ke kawasan kuliner ternama ini untuk merasakan sensasi daging kenyal kolombi yang kaya bumbu.
Sulawesi Utara dikenal punya destinasi wisata alam yang mendunia, seperti Bunaken.
Tapi belakangan ini, wisatawan mulai melirik kuliner-kuliner Manado, yang satu di antaranya adalah sate kolombi.
Berada di kawasan persawahan, puluhan warung makan berjejer di jalanan yang lurus membentuk seperti lorong.
Kawasan ini juga menjadi penghasil padi terbesar di Minahasa.
Cara membuat sate kolombi tak terlalu sulit.
Sate kolombi dibuat dengan mengambil bagian dagingnya saja.
Daging kolombi kemudian dipotong beberapa bagian.

Tribun Manado/Herviansyah
Penjual sate kolombi di kawasan Boulevard Tondano, Minahasa, Sulawesi Utara
Setelah potongan daging ditusuk bambu, persis seperti membuat sate.
Sate kolombi ini lalu dipanggang di atas arang yang terbuat dari tempurung kelapa.
Jika sudah matang dan warnanya agak kehitaman, sate kolombi siap disantap.
Ada sambal khas Minahasa yang dibuat khusus untuk pendamping sate siput danau ini.
Biasanya sate kolombi dimakan dengan jagung bakar ataupun pisang goreng goroho.
Minuman pelengkap ada banyak pilihan, mulai air jahe, teh, kopi atau apapun sesuai selera.
Sate kolombi terasa kenyal saat digigit dan memiliki sensasi kenikmatan tersendiri.
Tak heran banyak orang gemar menikmati sate unik ini.
Namun, penyuka sate kolombi harus mengontrol diri saat bersantap karena siput danau ini mengandung kolestrol yang lumayan tinggi.

Tribun Manado/Herviansyah
Selain disajikan dalam bentuk sate, kolombi atau siput lauk juga bisa dimasak woku belanga seperti dijajakan warung-warung di kawasan Boulevard Tondano, Minahasa, Sulawesi Utara
Selain sate, kolombi juga biasa disajikan dalam bentuk woku belanga.
Woku adalah masakan terbuat dari berbagai macam bumbu dan biasa digunakan untuk memasak daging.
Di Minahasa, Sulawesi Utara, terdapat dua jenis woku, yaitu woku balanga (dimasak dengan belanga) dan woku daun (dimasak dalam daun).
Rasanya tentu saja tak kalah dengan sate.
Untuk menikmatinya sate kolombi cukup datang saja ke rumah makan dan warung-warung yang banyak berjejer di kawasan Boulevard Tondano.
Harga sate ini Rp 3.000 per tusuk.
Pengunjung dapat menikmati kelezatan sate kolombi sambil memandang Danau Tondano yang indah.
Sate kolombi dibuat dengan mengambil bagian dagingnya saja, kemudian dipotong beberapa bagian dan ditusuk seperti membuat sate biasa.
Setelah itu dibakar menggunakan arang tempurung.
Jika sudah matang dan warnanya agak kehitaman, sate siap disajikan dengan lumuran sambal khas Minahasa yang dibuat khusus untuk sate kolombi.
Biasanya sate kolombi dimakan bersama dengan jagung bakar ataupun pisang goreng goroho, ditemani hangatnya air jahe ataupun teh hangat, kopi, apapun sesuai selera.

TRIBUNMANADO/FINNEKE WOLAJAN
Pisang goroho
Daging kolombi terasa kenyal saat digigit dan rasanya sangat nikmat.
Dijamin, yang menikmatinya akan ketagihan dan ingin tambah lagi dan lagi.
Kawasan Boulevard Tondano dibuka 1x24 jam.
Ada pula warung-warung yang tutup pada tengah malam.
Memanjakan mata sekaligus memanjakan lidah bisa sekaligus ditemui di kawasan Boulevard Tondano ini.
Lokasinya berada di tanah datar, dikelilingi Gunung Klabat, Lokon dan Tampusu.
Kondisi warung-warungnya pun dijamin bersih.
Ada yang sederhana berdindikan tripleks, ada pula yang terlihat seperti restoran yang berdindingkan papan.
Dari Manado, jarak ke pusat kuliner ini kira-kira 45 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam berkendara.
Akses menuju tempat ini juga mudah, karena berada di Ibukota Kabupaten Minahasa. (Tribun Manado)